Untuk para pendidik
karakterku, para model yang aku anut gayanya dalam menghadapi setiap hal dalam
hidupnya. Mama, papa, mbah, semua keluargaku.
Selama ini aku terlalu
terbuai dalam kehidupan ideal yang kujalani. Nggak sadar kalo ternyata hanya aku
yang mengidealkannya sendiri.
Begitu banyak petuah dan
nasihat tentang kehidupan yang aku terima dari aku kecil sampai sekarang. Satu yang
paling aku ingat, “kamu harus selalu mengingat kebaikan orang lain, dan
melupakan kejelekannya. Sebaliknya, jangan kamu ingat-ingat kebaikan yang telah
kamu lakukan untuk orang lain, tapi ingat hal buruk yang pernah kamu lakukan
terhadapnya.”
Aku terlalu asyik
mempraktikkan petuah yang satu ini. Aku hidup damai, tenang, tanpa ada rasa
sakit hati kepada orang lain, dan tidak pernah berharap imbalan apa pun dari
orang lain.
Tapi, terlalu memikirkan
diri sendiri, kabar buruknya ternyata ada orang yang sakit hati karena aku.
Kejadian malam itu,
menguapkan pemikiranku bahwa semuanya baik-baik saja. Sakit hati sekali.
lagi-lagi aku mengubrak-abrik gudang petuah bijakku. Ku dapat satu sebagai
penyejuk hatiku yang saat itu mulai panas tak terkendali. Aku ingat, aku punya
satu prinsip, “jangan salahkan orang lain. Cari kesalahannya di diri kamu
sendiri”. Dengan berkali-kali menghembuskan napas, dengan niat menghilangkan
kekesalan, aku mulai tercerahkan, “mungkin memang aku yang terlalu sibuk
berpositif thingking dengan segala kelakuan mereka. terlalu sibuk membenahi
hatiku sendiri saat ada yang tak nyaman mengusiknya. Gak sadar kalo diluar sana
ada orang yang justru sakit hati karena aku, dan tidak sanggup membenahi
hatinya. jangan berdalih itu adalah salahnya yang tidak bisa membenahi hatinya sendiri. itu bukan salahnya, Des. Itu salahmu, kamu yang telah menyakiti
hatinya.”
Lalu satu sisi pikiranku
berkata, “aku pun sama, aku juga pernah beberapa kali merasa sakit hati. Mestinya
aku juga memberi tahu mereka kan?”
“untuk apa? Itu sama saja
kamu mengeluh! Bukankah dari dulu kamu bisa mengatasinya sendiri? Bukankah kamu
yang berprinsip, tidak akan mengingat kejelekan orang lain terhadapmu? Jika kamu
memberi tahu, itu sama saja kamu mengingatnya. Kamu sudah melupakan semua
hal-hal yang membuatmu sakit hati kan? Lagi pula, kalu ternyata kamu belum
melupakannya, oh betapa lemahnya kamu. Dan jelas itu bukan salahnya. Salamu yang
tidak bisa melupakannya.”
Akhir dari monologku, aku
mengangguk mantap.
Sungguh, aku hidup dalam
beribu petuah bijak. Yang ku takdzimi, yang ku ikuti, aku laksanakan sebisaku. Hingga
muncul satu motto “sabar dan positive thingking”. Kata-kata itu buatku bukan hanya
ucapan indah yang bulshit untuk orang-orang zaman sekarang. Aku sangat memegang
teguh prinsip itu. sungguh, benar-benar sungguh.
Aku hidup bahagia dengan
segala petuah bijak dan keidealan yang ku bangun sendiri.
Tapi beberapa waktu
terakhir ini, aku sedikit terusik. Kenapa Ya Tuhan, masih saja ada orang yang
membenciku? Aku sedih. Disaat aku berusaha tidak membenci siapapun, justru aku
mendapati diriku dibenci. L
Sekali lagi, petuah bijak
muncul dari dasar otakku,”terkadang alasan mereka yang membencimu adalah karena
mereka tidak mampu menjadi sepertimu”. Tapi memangnya aku ngapain? Bukannya selama
ini aku Cuma hidup jadi manusia biasa? Bahkan gak ada prestasi apa pun.
Tapi untungnya, aku selalu
punya prinsip, lagi-lagi dari berbagai petuah bijak yang ku dengar, “boleh jadi
kamu runtuh karena perbuatan orang lain terhadapmu, tapi bangun lagi, tata
hatimu menjadi lebih luas dari sebelumnya.”
Oke, aku tersenyum, meski
awalnya terpaksa (seperti biasanya). Lalu berkata pada diri sendiri “sekarang
kamu boleh sedih, tapi besok gak lagi. Jangan terlalu lama nampung sakit di
dalem hati. Udah usir aja suruh pergi. Tuh Nyonya Pemaafnya mau masuk. kasian ntar hatimu sesek loh.” J
Aku akan tetap
berusaha hidup ideal seperti impianku. Terus tersenyum, terus berbuat baik, dan
jangan membenci orang lain.
Sekali lagi, Untuk para
pendidik karakterku, para model yang aku anut gayanya dalam menghadapi setiap
hal dalam hidupnya. Mama, papa, mbah, semua keluargaku. Terimakasih. Karena kalian,
aku meyakini bahwa semua petuah bijak yang aku dengar, bukan sekedar kata-kata.
Saat kita melaksanakannya, berani melawan sakit, bersabar, dan tidak meratap,
maka benar-benar ada kedamaian yang selalu hadir disela-sela waktu terburuk.
Sungguh itu bukan hanya
kata-kata. Kalian pun menasihatiku bukan hanya dengan kata-kata. Aku menyaksikannya
sendiri, kalian melaksanakannya. Terimakasih, kalian menjadi model yang baik
untukku. Mbah, untuk anak-anak dan cucu-cucumu. Mama dan papa, untuk
anak-anakmu. Le’ ku, untuk ponakan-ponakanmu, dan mbak, untuk adikmu.
Semoga keluarga kita
diberkahi :’)
#karena ada satu petuah
yang mengatakan, “jangan mengeluh pada manusia.” Ya ini lah aku, aku hanya mengadu
pada Tuhan, dan menulisnya. Pssstttt… insyallah sedikit orang yang tahu blogku.
;) paling juga Cuma dedy sama ruri. Amanlah berkeluh-kesah disini.