Rabu, 12 Juni 2013

Untuk para pendidik karakterku, para model yang aku anut gayanya dalam menghadapi setiap hal dalam hidupnya. Mama, papa, mbah, semua keluargaku.
Selama ini aku terlalu terbuai dalam kehidupan ideal yang kujalani. Nggak sadar kalo ternyata hanya aku yang mengidealkannya sendiri.
Begitu banyak petuah dan nasihat tentang kehidupan yang aku terima dari aku kecil sampai sekarang. Satu yang paling aku ingat, “kamu harus selalu mengingat kebaikan orang lain, dan melupakan kejelekannya. Sebaliknya, jangan kamu ingat-ingat kebaikan yang telah kamu lakukan untuk orang lain, tapi ingat hal buruk yang pernah kamu lakukan terhadapnya.”
Aku terlalu asyik mempraktikkan petuah yang satu ini. Aku hidup damai, tenang, tanpa ada rasa sakit hati kepada orang lain, dan tidak pernah berharap imbalan apa pun dari orang lain.
Tapi, terlalu memikirkan diri sendiri, kabar buruknya ternyata ada orang yang sakit hati karena aku.
Kejadian malam itu, menguapkan pemikiranku bahwa semuanya baik-baik saja. Sakit hati sekali. lagi-lagi aku mengubrak-abrik gudang petuah bijakku. Ku dapat satu sebagai penyejuk hatiku yang saat itu mulai panas tak terkendali. Aku ingat, aku punya satu prinsip, “jangan salahkan orang lain. Cari kesalahannya di diri kamu sendiri”. Dengan berkali-kali menghembuskan napas, dengan niat menghilangkan kekesalan, aku mulai tercerahkan, “mungkin memang aku yang terlalu sibuk berpositif thingking dengan segala kelakuan mereka. terlalu sibuk membenahi hatiku sendiri saat ada yang tak nyaman mengusiknya. Gak sadar kalo diluar sana ada orang yang justru sakit hati karena aku, dan tidak sanggup membenahi hatinya. jangan berdalih itu adalah salahnya yang tidak bisa membenahi hatinya sendiri. itu bukan salahnya, Des. Itu salahmu, kamu yang telah menyakiti hatinya.”
Lalu satu sisi pikiranku berkata, “aku pun sama, aku juga pernah beberapa kali merasa sakit hati. Mestinya aku juga memberi tahu mereka kan?”
“untuk apa? Itu sama saja kamu mengeluh! Bukankah dari dulu kamu bisa mengatasinya sendiri? Bukankah kamu yang berprinsip, tidak akan mengingat kejelekan orang lain terhadapmu? Jika kamu memberi tahu, itu sama saja kamu mengingatnya. Kamu sudah melupakan semua hal-hal yang membuatmu sakit hati kan? Lagi pula, kalu ternyata kamu belum melupakannya, oh betapa lemahnya kamu. Dan jelas itu bukan salahnya. Salamu yang tidak bisa melupakannya.”
Akhir dari monologku, aku mengangguk mantap.
Sungguh, aku hidup dalam beribu petuah bijak. Yang ku takdzimi, yang ku ikuti, aku laksanakan sebisaku. Hingga muncul satu motto “sabar dan positive thingking”. Kata-kata itu buatku bukan hanya ucapan indah yang bulshit untuk orang-orang zaman sekarang. Aku sangat memegang teguh prinsip itu. sungguh, benar-benar sungguh.
Aku hidup bahagia dengan segala petuah bijak dan keidealan yang ku bangun sendiri.
Tapi beberapa waktu terakhir ini, aku sedikit terusik. Kenapa Ya Tuhan, masih saja ada orang yang membenciku? Aku sedih. Disaat aku berusaha tidak membenci siapapun, justru aku mendapati diriku dibenci. L
Sekali lagi, petuah bijak muncul dari dasar otakku,”terkadang alasan mereka yang membencimu adalah karena mereka tidak mampu menjadi sepertimu”. Tapi memangnya aku ngapain? Bukannya selama ini aku Cuma hidup jadi manusia biasa? Bahkan gak ada prestasi apa pun.
Tapi untungnya, aku selalu punya prinsip, lagi-lagi dari berbagai petuah bijak yang ku dengar, “boleh jadi kamu runtuh karena perbuatan orang lain terhadapmu, tapi bangun lagi, tata hatimu menjadi lebih luas dari sebelumnya.”
Oke, aku tersenyum, meski awalnya terpaksa (seperti biasanya). Lalu berkata pada diri sendiri “sekarang kamu boleh sedih, tapi besok gak lagi. Jangan terlalu lama nampung sakit di dalem hati. Udah usir aja suruh pergi. Tuh Nyonya Pemaafnya mau masuk. kasian ntar hatimu sesek loh.” J
Aku akan tetap berusaha hidup ideal seperti impianku. Terus tersenyum, terus berbuat baik, dan jangan membenci orang lain.
Sekali lagi, Untuk para pendidik karakterku, para model yang aku anut gayanya dalam menghadapi setiap hal dalam hidupnya. Mama, papa, mbah, semua keluargaku. Terimakasih. Karena kalian, aku meyakini bahwa semua petuah bijak yang aku dengar, bukan sekedar kata-kata. Saat kita melaksanakannya, berani melawan sakit, bersabar, dan tidak meratap, maka benar-benar ada kedamaian yang selalu hadir disela-sela waktu terburuk.
Sungguh itu bukan hanya kata-kata. Kalian pun menasihatiku bukan hanya dengan kata-kata. Aku menyaksikannya sendiri, kalian melaksanakannya. Terimakasih, kalian menjadi model yang baik untukku. Mbah, untuk anak-anak dan cucu-cucumu. Mama dan papa, untuk anak-anakmu. Le’ ku, untuk ponakan-ponakanmu, dan mbak, untuk adikmu.
Semoga keluarga kita diberkahi :’)
#karena ada satu petuah yang mengatakan, “jangan mengeluh pada manusia.” Ya ini lah aku, aku hanya mengadu pada Tuhan, dan menulisnya. Pssstttt… insyallah sedikit orang yang tahu blogku. ;) paling juga Cuma dedy sama ruri. Amanlah berkeluh-kesah disini.