Selasa, 24 Juni 2014

katakan padaku,
adakah yang lebih berharga dari kebahagiaan?
atau adakah yang lebih menenangkan dari rasa aman?
katakan padaku,
ketika aku terlalu bersedih dan ketakutan,
akankah kau datang?
akankah kau datang,
dengan tangan hangat menyentuh pundakku.
dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
karena...
saat rintik hujan mengguyur wajahku,
kau adalah cahaya matahari yang sekuat tenaga ku munculkan,
agar perpaduan kita mencipta pelangi.
pelangi yang ku nikmati sendiri.

Minggu, 15 Juni 2014

my true wish


Aku belum menutup aurat secara sempurna.
Keinginan itu sudah ada dari dulu, namun selalu saja ada kata “tapi”, “bagaimana” dan lain-lain. Keinginan itu masih menjadi keinginan saja. Hatiku selalu berdesir-desir saat melihat perempuan-perempuan anggun menghijabi tubuhnya. Dan aku, masih dengan kerudung ala kadarnya, celana jeans, dengan pakaian kaos, kemeja, kaos pendek dengan cardigan kadang dengan deker. Dulu, aku berani bilang, It’s my style. Tapi sekarang aku mulai gundah dengan gaya yang ku bilang “style” ku itu. Kurasa belum cukup menjaga diriku. Masih saja ada mulut-mulut jahil lelaki yang bersiul ketika aku lewat di depan mereka. Aku kesal sekali. Jika hal itu terjadi, sesampainya di kamar selalu saja aku bercermin sambil bermonolog “apa kerudung ini belum cukup menjagaku?”. Masih saja ada teman cowok yang tiba-tiba datang merangkul bahuku. Aku kesal sekali. lagi-lagi aku bertanya, “apa kerudung ini belum cukup?”. Masih saja ada cowok iseng minta kenalan, “duh, memangnya ini belum cukup?”
Setelah ku perhatikan disekitar, perempuan berkerudung memang banyak, perempuan berkerudung yang boncengan mepet-mepet, gandengan tangan sama temen cowoknya juga banyak. Aku mulai sedikit mengerti. Tidak cukup hanya dengan kerudung ini ternyata. Sungguh aku bertanya-tanya, lalu apa hakikat dari selembar kain yang menutupi kepala ini? Masih mampu melindungi pemakainya kah? Aku membaca beberapa buku yang mampu menjawab pertanyaanku. Kesimpulan yang ku dapat adalah, aku belum sempurna dalam menutup auratku. Meskipun masalah itu hanya secara fisik, bagaimanapun sikap tingkah laku di kehidupan sehari-hari lebih penting. Tapi untuk menjelaskan bahwa aku seorang muslimah, tidak cukup hanya dengan sholat, mengaji, menghadiri pengajian, mengerti batasan-batasan dalam pergaulan, karena hal-hal tadi tidak membuat semua orang mengerti. Tidak membuat cowok-cowok itu lantas sungkan untuk memegang bahu kita. Itu pengalamanku. Siapa yang akan mengerti kecuali aku menempel tulisan besar di kepalaku “jangan pegang seenanknya” atau “aku muslimah. jangan diganggu, jangan digodain, disiulin apalagi dicolak-colek!”. Dengan gambaran secara fisik, menutup aurat dengan lebih baik, ku rasa itu cara yang tepat tanpa menggunakan tulisan-tulisan seperti yang kusebutkan.
Hal itulah yang menimbulkan keinginan, aku harus menyempurnakannya. Tapi rasa takut dibilang sok alim, malu dan merasa belum cocok, takut dibilang gak gaul, selalu menghantui. Sampai kemarin, ponakanku yang masih berumur 5 tahun, Ririz, membaca buku tentang hijab “yuk berhijab karya ustadz felix siauw” yang tergeletak di meja. Dia baca ilustrasi kartunnya, intinya berhijablah sebelum dihijabi. Sebelum kain kafan menjadi hijab pertama dan terakhirmu. Dengan wajah ketakutan bercampur menggemaskan dia berkata pada bundanya, “aduh bunda… gimana ini? Aku belum berhijab. Kalo aku mati gimana bunda?” bundanya dengan tersenyum geli menjawab, “ya kalo gitu berhijab dong.” Dengan cepat Ririz menuju lemarinya, mengambil kerudung dan memakainya. “sudah bunda… aku sudah berhijab”, katanya dengan senyum lebar penuh rasa lega.
Aku tersindir, tertampar oleh tingkah polosnya. Harusnya aku bisa se-simple Ririz. Tahu, dan segera melaksanakan. :’) sesederhana itu.
Lagipula kematian tidak akan menunggu sampai kita menjadi hamba yang baik.
And now I am trying. Dan ada masalah lain lagi, yang disebut “kelabilan”. Aku tahu kelabilan itu pasti akan muncul nanti ditengah perjalanan, tapi kalo gak sekarang trus kapan lagi? Sempet terjadi debat batin si kanan dan si kiri.
Si kiri: sayang banget, pasti bakal banyak baju yang gak kepake lagi. Padahal masih baru-baru. Yang ini model terbaru, gaul banget pasti pake ini, dan cocoknya dipake sama celana jeans yang ketat. Pasti bagus banget. Yang ini meskipun lengan pendek kan bisa pake deker, pola bajunya juga bagus. sama ajalah.. kan tetep pake kerudung, tetep ditutupin kepalanya.
Si kanan: wah kenapa gak disumbangin aja, itu baju-baju yang ukurannya kekecilan kan lebih cocok kalo dipake orang yang lebih kecil. Tuh adek-adek yang yatim dan kurang mampu pasti seneng banget deh. Mereka boro-boro beli baju, buat makan aja susah. Masih baru-baru kan bajunya? Masih layak pakai kan? Nah capcuss… nanti diganti baju-baju yang lebih layak dipakai oleh seorang muslimah sama Allah. lagian emang enak pake yg ketat2? nyessek tau nyessek...
Si kiri: nanti kayak emak-emak loh… trus jadinya gak ada cowok yang ngedeketin.. disangka umurnya lebih tua 5 tahun.
Si kanan: emak-emak? Keibuan kali maksudnya… soalnya kan jadi kelihatan anggun gituu… dih biarin aja gak ada cowok yang ngedeketin. Bukannya dari dulu emang tersinggung banget kalo ada cowok jahil ngedeketin? Kan kalo mereka ngedeketinnya Cuma gara-gara penampilan, nanti ninggalinnya juga karena penampilan. Biarin dah gapapa gak ada yang nembak ngajakin pacaran. Orang yang ditunggu itu yang ngelamar ngajakin nikah kok. Hihi
Si kiri: heh, nanti kalo dikira sok alim gimana? Berarti kamu harus selalu sempurna, gak boleh berbuat hal-hal buruk, ketawa bareng temen-temen, main bareng temen-temen, kan malu sama busananya.
Si kanan: hehe, manusia mana bisa sempurna? Lagian manusia tempatnya salah, yang berjilbab, yang nggak, sama-sama berpotensi berbuat salah. Justru dengan berjilbab, mungkin nanti menjauhkan dari hal-hal jelek, misal udah ancang-ancang mau ngomongin orang, eh inget kalo itu dosa, trus gak jadi. Trus Memangnya ada larangan cewek berjilbab dilarang ketawa? Dilarang main sama temen-temennya? Gak ada. Aku akan tetap bergaul sebagaimana mestinya buuuk… no one can push me.

Suatu hari, si kiri pasti akan muncul dengan segala argumentasinya, semoga si kanan tidak pernah kalah mematahkannya. J

Kalau ini niat baik, Allah pasti memudahkan kan?