Aku tersentak bangun dan menangis sejadinya. Dada dan
kakiku rasanya nyilu. Seperti ditekan dari dalam. Sungguh, ini pertama kalinya
bagiku. Dan aku sangat sangat menyesal. Lansung terpikir olehku, “Ya Allah,
inikah hukuman unntukku yang tak mampu menjaga sepotong daging dalam diriku?”
Semua tahu, bahwa apa pun yang diperintahkan dan
dilarang olehNya tidak lain hanya untuk kebaikan. Aku juga tahu persis hal itu.
Tapi memang ku akui aku terlalu rapuh dalam menjaga amanat-amanat dariNya. Aku
rapuh dalam menjaga hatiku. Dan aku yakin, saat ini aku sedang Kau tegur.
Untuk sakit hatiku yang kali ini, sungguh, aku tidak
menyalahkan siapa-siapa. Aku benar-benar merasa bahwa ini adalah pasti hal yang
Allah berikan padaku karena aku bermain-main dengan aturanNya. Aku mencoba
manggunakan sepotong hati yang belum waktunya digunakan. Jadilah aku menyakiti
hatiku sendiri.
Padahal aku ingat dulu, sebuah doa yang ku baca dari
sebuah novel dan ku coba panjatkan dengan tulus kepadaNya, “Ya Allah, jika rasa
ini masih terlarang, jagalah sepotong daging ini sebagaimana mestinya Engkau
menciptakannya sebagai penawar racun.”
Iya, Ya Allah. Itu doaku dulu, yang aku ingkari
sendiri. Bolehkah aku kembali panjatkan doa itu malam ini, Ya Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar