Minggu, 24 Februari 2013

masih menjadi doaku


Aku tersentak bangun dan menangis sejadinya. Dada dan kakiku rasanya nyilu. Seperti ditekan dari dalam. Sungguh, ini pertama kalinya bagiku. Dan aku sangat sangat menyesal. Lansung terpikir olehku, “Ya Allah, inikah hukuman unntukku yang tak mampu menjaga sepotong daging dalam diriku?”
Semua tahu, bahwa apa pun yang diperintahkan dan dilarang olehNya tidak lain hanya untuk kebaikan. Aku juga tahu persis hal itu. Tapi memang ku akui aku terlalu rapuh dalam menjaga amanat-amanat dariNya. Aku rapuh dalam menjaga hatiku. Dan aku yakin, saat ini aku sedang Kau tegur.
Untuk sakit hatiku yang kali ini, sungguh, aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku benar-benar merasa bahwa ini adalah pasti hal yang Allah berikan padaku karena aku bermain-main dengan aturanNya. Aku mencoba manggunakan sepotong hati yang belum waktunya digunakan. Jadilah aku menyakiti hatiku sendiri.
Padahal aku ingat dulu, sebuah doa yang ku baca dari sebuah novel dan ku coba panjatkan dengan tulus kepadaNya, “Ya Allah, jika rasa ini masih terlarang, jagalah sepotong daging ini sebagaimana mestinya Engkau menciptakannya sebagai penawar racun.”
Iya, Ya Allah. Itu doaku dulu, yang aku ingkari sendiri. Bolehkah aku kembali panjatkan doa itu malam ini, Ya Allah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar