Belajar dari Murid-Muridku
Yang menjadi trending topic dalam percakapanku dengan
teman-teman selama semester enam ini akhirnya datang juga. KKN, Kuliah Kerja
Nyata. Setiap kali membicarakan KKN, pikiranku menjadi pro dan kontra. Satu
sisi sangat bersemangat untuk menjalaninya, sisi yang lain sangat tidak ingin
berangkat ke lokasi. Hal yang membuat semangat adalah aku tidak sabar memetik pengalaman
dan pelajaran berharga yang pasti diperoleh selama KKN. Tapi, membayangkan
lokasi KKN yang biasanya identik dengan desa terpencil, tidak ada air dan
lain-lain, nyaliku ciut. Pelaksanaan KKN yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan
menambah rantai yang semakin mengikatku enggan berangkat. But show must goes on. Tanggal 28 Juni aku dan 17 teman lainnya
sampai di Desa tempat kami akan belajar, Desa Ketapang Timur.
Sesampainya di tempat, aku
menyadari bahwa bayanganku tentang tempat KKN selama ini terlalu mendramatisir.
Desa tempat kami tinggal sungguh nyaman, masyarakatnya ramah, dan kami tidak
khawatir kekurangan air. Selain itu, bonus besar bagi kelompok kami, air terjun
toroan dan pantainya menyambut kami untuk memanjakan mata.
Jujur saja, agenda favoritku
selama KKN ini adalah saat dimana aku pergi ke lembaga pendidikan untuk berbagi
ilmu dengan adik-adik di Desa Ketapang Timur. Aku dan teman-teman memberi
bimbingan belajar Bahasa Inggris dan komputer. Kegiatan ini menjadi favorit
bukan karena tidak ada kendala, justru kegiatan ini memiliki banyak tantangan
bagiku.
Kami harus melewati jalan
berkelok, berbatu, serta naik-turun untuk sampai di lokasi. selain itu jumlah peserta didik yang
hadir sungguh jauh dari harapanku. Delapan orang. Waw, aku serasa menjadi Ibu
Muslimah di film “Laskar Pelangi”. Terinspirasi dari Ibu Muslimah pula,
berapapun jumlah murid yang hadir pembelajaran harus tetap dilaksanakan. Jujur semangatku
sempat menurun karena jumlah siswa tersebut, tapi semangat yang terpancar dari delapan
pasang mata dihadapanku, membuatku tertampar dan sadar bahwa kemauan belajar
anak-anak ini tidak boleh dinomor duakan. Apalagi hanya karena mood ku yang sungguh labil. Jadilah aku,
Yusmiati, Sumiyati, Iis, Tina, Ella, Musrifah, Asri dan Fathor belajar dan
bermain bersama. Satu pelajaran berharga tentang semangat belajar ku dapatkan
dari mereka pada hari pertama mengajar.
Sepulang mengajar aku
mendapat SMS dari Tina,
Trimakasih kakak kami ucapkan karena telah mengajar kami, semoga
kebaikan kakak dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Aku membalasnya dengan, Aamiin J
Berdosa sekali rasanya
karena sebelum mengajar aku sempat meremehkan jumlah mereka. Aku bertekad aku
tidak akan kalah semangat lagi dari mereka. Pada pertemuan-pertemuan
selanjutnya mereka selalu menyambutku di depan pintu dengan senyum tulus nan
ramah khas mereka.
Another lesson…
Sumiyati, murid yang selalu
ngambek di setiap pertemuan membuatku belajar bagaimana mengkondisikan kelas
dan mengontrol emosi. Kendala ini sekaligus membuatku sadar bahwa pembelajaran
pada kenyatannya tidak akan selalu sempurna seperti yang aku praktikkan di
bangku kuliah (micro teaching) bersama
teman-teman. Tapi senang rasanya Sumiyati tetap hadir meski kondisinya selalu
sama. Hehe…
Namun tidak ada hal yang
lebih berkesan daripada diterimanya kehadiranku ditengah-tengah mereka. Aku
banyak belajar dari mereka tentang bagaimana seharusnya seorang guru bersikap,
menjadi contoh dan model bagi murid-muridnya. Karena mereka juga aku sadar
betapa indahnya menjadi ‘guru yang dirindu’.
Belajar merupakan perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu. Belajar memang bisa dari siapapun
dan dimanapun. Pada akhirnya, pengalaman
dan pelajaran paling berharga yang ku petik
di tempat KKN bersumber dari adik-adik dalam cerita diatas, di Desa Ketapang
Timur ini.
Alhamdulillah, KKN ku sangat
berkesan. Ketika KKN ini berakhir, aku akan sangat merindukan teman-teman kelompok 40, keluarga
Bapak Kepala Desa yang telah menampung kami, masyarakat Desa Ketapang timur
yang ramah, air terjun toroan dan sunset
nya, serta murid-murid yang mengajariku menjadi seorang guru J
Semoga hubungan persaudaraan
kita tetap terjalin meski KKN berakhir. Salam Cie... Cie…