Malam ini, suara takbir dan suara petasan seperti
bersaing. Sama-sama tidak mau kalah kencang. Rasa senang dan rasa sedihku, juga
sedang bersaing. Muncul diwaktu yang sama.
Saat ini praktis hanya aku dan mbah yang ada dirumah
ini. Ditemani suara takbir dan petasan yang saling menyahut itu. Ini adalah
suasana malam takbir tersepi yang pernah kualami. Membuatku berpikir, sesepi
inikah masa tua?
Yang aku tahu, mbahku punya enam anak, tapi mama
bilang lebih dari enam, ada beberapa yang meninggal ketika bayi. Enam anak
nyatanya tidak cukup sebagai bekal agar terhindar dari kesepian di masa tua.
Kesedihan itu jelas sekali tersirat diwajah mbah, meski beliau tidak
mengeluhkannya dengan satu kata pun. Seharian ini beliau memasak, menyapu,
mengaji, dan beraktivitas seperti biasa. Sesekali beliau membicarakan anaknya
satu-persatu, yang pastinya sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing
juga. Dari itu saja, aku bisa tahu, beliau rindu berkumpul bersama mereka
semua.
Duh, anak enam masih bisa kesepian, mengaca dari mbahku,
apa aku nambah target jumlah anak ya? Hehehehehe
Dikeluargaku saja indikasi kesepian mulai
terlihat… mbak-mbak merayakan lebaran di rumah mertua masing-masing… yeah.. gak
bisa dihindari, sometimes it just to be happen… J
Saat ini, mama dan papa serta le’ mar udah
dateng, kesedihanku sedikit berkurang. Keramaian mulai sedikit terlihat. Aku
senang melihat wajah mbah mulai berbinar gembira.
Tapi, tetep masih ada sedihnya. Berpisah dengan
Ramadhan selalu menyisakan satu sisi kesedihan dibalik rasa senang menyambut
idul fitri esok hari. :’)
Ya Allah… pertemukan aku dengan Ramadhan tahun
depan… aamiin.
Enam kurang ya? Apalagi ibuku cuma dua? :"(
BalasHapusDuh, moga saja nanti cucunya banyak deh ibuku dan selalu ada di dekanya..aamiin :)
ya gidy. kalo lihat mbahku, kayaknya masa tua itu sepi banget. meski beliau gak bilang langsung sih.
BalasHapusyah... hadiahi ibumu dengan cucu yang bannyak sesegera mungkin wkwkwk