Sabtu, 11 Oktober 2014

kelas 1

malem minggu kembali spesial bagiku. Setelah sekian lama aku menduakannya dengan malam sabtu, sekarang malam minggu kembali menjadi satu-satunya malam kebebasan. Gak ada harus cepet tidur karena besok harus berangkat pagi. Ya, setelah seminggu ini kembali ke rutinitas jaman sekolah, akibat PPL 2 di SDN Pejagan 1.
Let me tell you my great experience di sekolah ini. Meskipun baru seminggu aku ngendon disana.
Sabtu 11 Oktober 2014. Di ruang kelas 1A. susana kelas rame, riuh, ricuh, tak terkendali. Mana gurunya? Gurunya ya ini, mahasiswa magang. Karena wali kelas 1A ada kepentingan di luar sekolah, beliau meminta kami menggantikannya. Kagok sumpah.
Mereka anak-anak yang cerdas dan aktif. Begitu diberi soal, semua semangat mengerjakan. Tapi setelah itu, mereka mulai tidak terkendali. Insting anak kecil menyuruh mereka berjalan, berlari saling mengejar, lompat-lompat, berteriak… hwaaaaaaaaa…… (bener2 sampe hauuus)
Empat orang guru di dalam, masih belum cukup. Padahal saat hari-hari biasa satu wali kelas saja sudah cukup. Haha,… dasar memang kami masih guru uji coba.
Seorang  anak duduk diatas meja. “nak, tempat duduk itu dimana?” tanyaku
Dengan tampang unyu gak berdosa, Dude, anak itu, menjawab “di kursi bu”
“iya. Kenapa kamu duduk di meja?”
Coba kamu bisa lihat langsung ekspresinya, ngegemesin gak nahaaan. Dengan mulut ternganga, mata terbelalak kaget disusul senyum malu seperti orang yang terbongkar rahasianya, “hah? Iya buuu… lupaaa” dengan cepat ia turun dan duduk di bangkunya.
Cerita lain dua anak perempuan yang duduk sebangku. Salah satu dari mereka nampak kebingungan sambil garuk-garuk kepala “bu… lihat stip saya nggak?”
Andai bukan anak kecil yang bertanya pasti aku menjawab “mana aku tau… stip, stip siapa nanyanya ke siapa”…
“tadi ditaruh dimana?”
“di kotak pensil bu…”
“coba yuk cari lagi”
Anak itu membuka-buka kotak pensil princess pink “gak ada bu…”
“mungkin jatuh…”
Dia langsung memeriksa dibawah bangku. Betapa polosnya… J
Akhirnya stip itu ditemukan di dalam kotak pensil teman sebangkunya. Dengan kaget teman sebangkunya berkata “loh iya… lupa…”
Dan wajahnya ceria kembali setelah menemukan stip yang dicari-carinya. Nih ya, kalo orang dewasa, tidak akan sesimpel itu. Pasti timbul prasangka segala macem. “kenapa stipku bisa di kotak pensilnya? Jangan-jangan….” (lanjutkan sendiri)
Lain lagi seorang anak yang menghampiriku dengan uang dua ribu rupiah di tangannya, “bu… saya nemu uang dua ribu”
“dimana?”
“disana bu. Eh, tunggu dulu bu, tak lihat dulu uangku ada apa enggak.” Dia merogoh saku celananya, dan mendapati uang dua ribu rupiah miliknya utuh “oh ada bu.. ini bukan uang saya. Ini bu” dia menyerahkan uang itu kepadaku.
Hal yang paling bikin shock adalah…. Saat muridmu berteriak memanggil, “bu… si Cinta nangis… dipukul sama bintang bu….” (wadawww.. tepok jidat di tempat deh bisa-bisa kalo gak nahan)
Well,, itu cerita hari pertama di kelas satu. Itu sih trouble-trouble nya. Selebihnya mengesankan sekali. J

Anak-anak… celotehnya, tingkahnya, siapa yang gak luluh? Siapa?

Selasa, 07 Oktober 2014

suntikan ya bu? :D

Hari PPL kedua di SDN Pejagan 1 Kecamatan Bangkalan. Setelah hari PPL pertama yang terasa begitu lama. Karena pada hari itu setelah acara penyambutan kegiatan kami masih sibuk mengatur administrasi dan sebagainya. Selain itu ya duduk bengong. Ngerumpi (ngegosip kali ya) and doing nothing. Ada sih tugas yang lebih berguna, jadi tukang mencet bel. Alhasil bel pulang menjadi satu-satunya suara yang dinantikan. haha
Hari kedua lebih berwarna. Kami mulai tahu apa yang harus dilakukan. Hari ini kami lebih merasa menjadi calon guru. Aku dan neng upi (motorku) tiba di pintu gerbang sekolah sekitar jam tujuh kurang beberapa menit (setelah gila-gilaan ngajak neng upi ngebut). Alhamdulillah, leganya bu guru desi tidak terlambat. J
Dengan senyum lega aku menuntun neng upi memasuki halaman sekolah. Disana sudah banyak siswa yang datang, sedang bermain menunggu bel masuk berbunyi. Well I am so surprised  ketika mereka bergerombol menghampiri kami (aku dan teman kelompok) dan satu-persatu menciumi tangan kami. yes, I am touched. Percayalah, ini adalah salah satu hal kecil yang berkesan. Cara terbaik untuk membuat calon guru seperti kami tersanjung dan melayang :D
ketua kelompokku, Farisi berkata “hebat ya gurunya. Coba aku punya murid-murid seperti ini. Yang dibutuhkan itu ya ini loh… bukan pinternya, tapi akhlaknya.” Dan aku meng-amini.
Dan ada sedikit cerita lucu juga dari Time, yang mengeluh tangannya jadi bau mi goreng gara-gara ada salah satu murid yang menyalimi tangannya dalam kondisi mulut masih penuh dengan mi. hahaha namanya juga anak-anak.
Itu respon dari siswa yang mengerti bahwa kedatangan kami ke sekolah mereka adalah sama dengan bapak ibu gurunya. Tapi untuk anak kelas satu dan kelas dua, lain lagi ceritanya.
Saat jam istirahat aku berdiri di dekat pintu kelas 1. Seorang anak dengan wajah lugunya bertanya kepadaku, “suntikan ya?”
Huahahhahahaha… jujur ingin sekali ketawa ngakak di depan anak itu, but I am in action now! Harus jaga sikaplah, dengan tersenyum aku menjawab “bukan”. Lalu anak itu tersenyum malu dan kembali ke kelasnya.
Menjelang habisnya waktu istirahat, aku berada di area dekat kelas dua. Lagi-lagi seorang anak berwajah polos bertanya, “suntikan ya bu?”
Apakah orang baru yang datang ke sekolah ini hanya petugas dari dinas kesehatan? Pikirku. Hehe
“bukan, sayang. Memangnya kenapa kalau disuntik?”
“gak mau, bu. Takut.”


Oke, kesimpulan dihari kedua PPL ini adalah penampilanku tidak seperti guru, tapi lebih seperti tukang suntik! Hahahaha