lalu seseorang yang meyakinkan bahwa perjalananku bisa jadi telah sampai, datang. seorang yang dewasa, mandiri, namun penuh humor. aku melihat padanya sosok yang bisa diandalkan. yang nyaman jadi teman berbincang... dan menyatakan keseriusannya. tapi... aku masih punya tanggungan perasaan. aku yakin bahwa dia orang baik. yang aku tidak yakin, tentang perasaanku pada seseorang yang lain.Di sebuah meja yang riuh oleh obrolan, aku menyadari sesuatu. Betapa segalanya telah banyak berubah. Di sela-sela kesibukan mulut-mulut mengunyah dan mengoceh, ada perasaan takjub yang tidak dapat digambarkan. Seperti terlempar ke masa kecil penuh kepolosan dan ditarik kembali ke masa sekarang, pikirku tak bisa dihalangi untuk tidak membandingkan kedua masa itu. Melihat lebih teliti perbedaan-perbedaanya.Masih dengan orang-orang yang sama. Perasaan saling terikat yang sama. Namun topik perbincangan dan cara kami menanggapinya tidak lagi sama. Satu-persatu dari kami menceritakan pengalaman saat seorang pria berniat melamar kami. Dengan reflek aku berkata, “sadar gak sih? Perasaan beberapa tahun lalu kita ceritanya gak gini. Aku ditembak si A, aku ditembak si B. sekarang? Aku dilamar si A. Bukan ditembak lagi. Udah tua ya kita?”Seketika tawa pecah karena kami menyadari realita yang ada. Bahwa kami telah berumur. :DDulu yang kami ributkan dan pertimbangkan hanya masalah kekanakan.“oh iya gapapa jadian sama dia. Dia cakep, keren.””jangan jadian sama dia. Nakal dia.”“loh kamu jadian sama itu? Yakin? Yasudahlah terserah. Palingan bentar lagi putus”Saat ini,“dilamar dia? Yakin bisa jadi imam yang baik?”“kamu maunya tetep keukeuh nikah sama dia? Awas loh, yang menurut kita baik belum tentu baik di mata Allah, begitu juga sebaliknya”“kalo kamu masih digantungin, belum dilamar juga, tinggalin aja. Sekarang bukan saatnya lagi main-main. Jangan kelamaan pacaran.”“belum direstui juga? Banyak berdoa. Minta petunjuk. Kalo dia emang jodoh kamu, minta dipermudah. Kalo dia bukan jodoh kamu, minta diperjelas.”Hebatnya, aku yang tidak ada pengalaman adalah yang paling cerewet membari nasihat. Ujung-ujungnya saat tiba giliranku, “kamu kapan???”Hahhha... santai mbak.Oke, let’s talk about it seriously.Buat aku, membicarakan masalah yang menjadi sensitif akhir-akhir ini, jodoh, bisa disamakan dengan perjalanan yang belum sampai di tempat tujuan. Yang perlu dilakukan hanyalah menikmati. Memikirkannya tidak apa, tapi sayang jika mengabaikan pemandangannya. Santai saja, berjalan dengan bahagia dan memegang keyakinan “pasti sampai”.Saat sampai nanti, aku ingin kesiapanku sudah matang. Tanpa ada penyesalan ingin kembali menyusuri jalan itu karena ada yang tertinggal atau lupa tak dinikmati. J
pada 4 Desember 2015 aku menulis ini
Pada mendung ingin aku titipkan perasaan ini. biar menguap. Lalu menjadi air, yang mengalir entah kemana. Atau mungkin kembali lagi kesini. Kepadaku.
Untuk
sebuah perasaan yang mengalir natural, yang membuatku bingung untuk menentukan
namanya, yang kumiliki entah sejak kapan, dan yang tidak sempat terucap.
Dengarkan ini.
Begitu
indah memilikimu. Ada rindu, ada tawa, ada harap, ada cemas. Aku menikmatinya.
Apakah kau bernama persahabatan? Jika iya, ingin selamanya aku bersamamu.
Apakah kau bernama cinta? Jika iya, maafkan aku. Aku tidak akan lebih lama
bersamamu.
Ini
tentang perasaan yang ku miliki kepada seseorang. Entah apapun namanya, tapi
dalam hati kecilku ada benci,kecewa, sedih, bahwa aku harus merelakannya pergi.
Perasaan ini telah berteman lama dengan hatiku. Jadi saat harus aku lepas, ia
membawa sekerat bagian dari hatiku.
Biarlah.
Akan ku uapkan. Biarlah. Diserap awan. Biarlah ia tetap berada di atas,
disimpan Tuhan. Atau jatuh kembali bersama hujan. Entah dimana.Saat
kurasa begitu sakitnya melepas perasaan ini, saat itulah aku sadar. Ini cinta.
Dan maafkan aku karena mencintaimu, tapi harus meninggalkanmu. Tapi tidak bisa
bersamamu.
rabu, 9 Desember 2015, seperti bom yang meledak. seperti gunung api meletus. keluarlah semua gumpalan-gumpalan rasa selama entah berapa tahun. sungguh, perasaanku tidak pernah salah. dia memang orang yang luar biasa. kami sepakat menguapkan perasaan ini. dia mengatakan, "kamu itu gak pernah peka ya, semua orang di sekitar kita tahu, tapi cuma kamu yang gak tau". di dalam hati aku pun mengiyakan perkataannya. bagaimana mungkin aku tahu perasaan orang lain saat aku sendiri tidak tahu perasaanku yang sebenarnya.
semuanya sudah selesai. perasaan itu, telah ku beri judul dan telah selesai ku tulis endingnya. tidak usah dibahas lagi.
Saat ini aku berpegang pada sebuah kata bijak, "perasaan cinta bukan dicari, namun ditumbuhkan". dan pada seseorang yang menyandarkan diri pada Sang Maha Cinta lah perasaan itu akan tumbuh. cukup aku tahu bahwa dia adalah seseorang yang mencintaiNya, maka aku tidak ragu, aku bisa mencintai dia, dan itu akan membuatku lebih mencintaiNya. :)
dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha penyayang...
Rabu, 9 Desember 2015. 20.05
Allah begitu baik padaku. Selalu memberiku jalan dengan panorama indah untuk dilalui. Tidak hanya indah, tapi penuh dengan pelajaran dan hikmah. Ketika Allah meletakkanku disini, aku begitu yakin akan ada banyak kejutan yang telah Ia persiapkan. Dan akan selalu ada tanganNya merangkul pundakku. Karena itu, aku selalu berjalan dengan gembira, tanpa takut pada kesedihan. Selama tanganNya masih erat di pundakku. Bagaimana mungkin aku rela melepaskan diri dari dekapan hangat dan kuat itu?Maka, biarlah aku tinggalkan semua yang tidak baik di jalan lalu. Akan ku lupakan yang bukan hakkku, tentang perasaan yang salah, tentang rasa harap yang tak halal. Aku tidak ingin lagi dekapan yang lain, Ya Allah.Sungguh, selama yang ku tempuh adalah jalanMu, aku tidak akan ragu untuk mengarunginya. Karena Allah pasti paling tahu segala sesuatu yang terbaik untukku. Tentang seseorang, yang Allah takdirkan untuk bertemu denganku, pastilah Allah kirim orang yang aku butuhkan, meski bukan yang aku inginkan. Ya, Allah pilihkan seseorang yang aku butuhkan untuk dapat lebih mesra denganNya. Seseorang yang aku butuhkan sebagai teman perjalanan. Hinga nanti, Allah berada diantara kami, merangkul dua pundak kecil yang melangkah bersama, menikmati cinta segitiga antara aku, dia, dan Allah. J betapa sempurnanya... semoga Allah mengabulkan.