Selasa, 25 Februari 2014

entahlah

Apa yang diucap tetes hujan saat menyapa tanah? Aku hanya mampu mengeja riak dan suara perciknya. Memang merdu, membuatku bisa duduk diam cukup lama menikmati hanya untuk akhirnya berkata “aku sedang mendengarkan ‘entahlah’ ”. kusebut itu ‘entahlah’ yang tidak ku tahu namanya, namun ku mengerti.
Sekali lagi tetes-tetes bersua tanah. Memecah genangan, mencipta riak. Ku pejamkan mata, agar indraku lebih fokus mendeteksi suara itu. Tes.. Hai ‘entahlah’, tess.. hai ’entahlah’, tess… hai ‘entahlah’ yang lainnya, tess.. tess.. tess.. hai ribuan ‘entahlah’…
Mungkin aku aneh, entahlah…
Mungkin aku berlebihan menyukainya, entahlah…
Mungkin aku tak ada kerjaan, entahlah…
Aku menyukainya, aku tahu itu.
Aku ssangat menikmatinya, aku tahu itu
Aku tersenyum karenanya, aku tahu itu
Namun, ‘entahlah’ aku tidak tahu aku ini kenapa?!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar