Jumat, 25 April 2014

yang hilang dan menghilang

dari tadi siang sampai malam ini, belum juga ketemu.
siang tadi bongkar-bongkar lemari, bolak-balikin kasur, periksa kolong tempat tidur dan belakang lemari, bukain tas satu-persatu, tapi nihil.
aku lagi nyari vitamin yang aku bawa dari rumah dan emang biasa aku minum kalo kondisi lagi tumbang gini. tapi, hilang. gak tahu kemana... padahal di kamar yang gak luas ini mustahil ada tempat buat nyelip selain tempat-tempat yang aku sebutin diatas. Time, Emy, ikut penasaran nyariin. duh, bukan tambah sembuh malah tambah puyeng.
Time bilang "yaudah des, istirahat aja, nanti juga ketemu kalo udah waktunya. kayak si seruni"
ya, kayak seruni. seruni itu nama flashdisk ku. sebulan lalu sempet raib, gak tahu kemana. aku coba cari di tempat ngeprint tugas terakhir kali, gak ada. aku tanya temen-temen barangkali ada yang minjem, gak ada yang minjem. jadi selama tiga minggu pencarian seruni tidak tertemukan, aku nyatakan seruni resmi hilang. hiks hiks srooot
but, surprise! minggu lalu, secara ajaib seruni ada di lemari. padahal aku juga udah nyari di tempat ituu...

ya... memang. siapa yang tahu rahasia kemana perginya barang yang hilang?
seketika seperti ada sesuatu menyetrumku.
"yang hilang mungkin bisa kembali. tapi yang menghilang tidak akan ingin kembali"

Selasa, 22 April 2014

puisi duet

buka-buka catatan di laptop, nemuin sebuah puisi. tak inget-inget, ini siapa yang nulis dan kapan nulisnya ya? and I remember... ini adalah sms ku dengan bibeh ter-absurd ku. anggia mirza devi. bisa jadi ini puisi duet ya... tulisan yang tercetak miring itu aku,


Jika angin adalah desiran pembawa pesan, apa yang akan kau bisikkan?

Bisikkan tepat di telinganya, “aku sedang memikirkannya. tolong jemput senyumnya yang tertinggal, aku bisa gila jika terlalu lama menatapnya”

ah, kau tak akan gila. Hanya saja kau akan amnesia ketika senyum yang nyata berada sekian senti di hadapanmu.

Apakah saat itu aku akan lebih mengingat namanya daripada namaku?

Bisa jadi. Bukankah kau adalah pecinta yang bara? Melahap habis dirimu demi kekasih sejati


Apakah dia juga akan mengingat namaku? Jujur, aku takut pikirannya tidak sama. Dan bukankah bara selalu berakhir menjadi asap?

Novel. Tulisan bercerita fiksi atau nonfiksi ini adalah jenis bacaan favoritku. Beri aku pilihan, ditraktir makan atau ditraktir novel, aku pasti pilih novel (selain lebih mahal juga.. hehe).
Menurutku novel hanya ada dua  jenis. Biasa aja dan bagus banget (diucapkan dengan menggebu-gebu). Golongan terendah adalah ‘biasa aja’, karena gak ada novel yang jelek. Golongan novel ini adalah yang aku baca saat ‘mentok’, kondisi dimana lagi gak ada kerjaan dan gak ada buku lain yang bisa dibaca. Novel ini adalah pilihan alternativ untuk menghindari membaca buku penuh teori yang membosankan, hehehe…
Seperti apa novel-novel biasa aja itu?
Aku gak mau nyebutin judulnya satu persatu yaa. Karena ini subjektif banget, penilaianku pribadi. Novel biasa aja itu adalah novel yang setelah dibaca satu bab dua bab, selembar dua lembar, atau malah satu halaman, aku bisa berhenti tanpa alasan apapun. Lanjut membaca lagi, berhenti lagi. Novel yang dengan tanpa rasa berat hati ku letakkan ketika mama memanggil atau ponakanku rewel. Novel yang tidak aku bawa jika harus pergi keluar rumah. Membaca novel ini membutuhkan waktu lama, karena hanya dibaca saat-saat tertentu, seperti yang disebutkan tadi, jika tidak ada buku lain. hal positif dari novel jenis ini adalah, efektiv sekali untuk teman pengantar tidur. Layaknya membaca buku pelajaran yang berfungsi sebagai penghantar kantuk terbaik.
Jenis yang kedua adalah ‘bagus banget!’
Jenis novel ini bahaya banget buat aku. Kalo udah berhadapan jenis yang satu ini, aku serasa sendirian ditempat seramai apapun. Gak perduli keadaan sekitar, (kecuali ada kereta api tabrakan sama kapal feri sih ya), kayak orang gak punya telinga, dan leher anti linu, nunduk terus. Mengeluh dan gak rela kalo harus berhenti baca karena alasan tertentu, ya misal dipanggil mama untuk menjalankan tugas negara. Kalau kalian bertemu aku di kampus atau dimanaa saja dan ada ransel menempel di punggung, periksa saja isinya. Jika ada novel, maka bisa jadi itu novel kategori ‘bagus banget’. Karena aku selalu membawanya kemana-mana. Siapa tahu disela-sela aktivitas, ada kesempatan untuk membaca. misalnya, membaca sembari menunggu dosen datang. Pernah waktu baca ‘Harry Potter dan relikui kematian’, novel itu aku bawa kemana-mana, aku peluk keluar masuk rumah. Ada teman mama bertamu dan bertanya “wah, buku apa itu de? Kok tebel banget.” Mama yang menjawab, “itu kitab suci nya desi.” Aku, hanya cengengesan saja diledek begitu.
Kalau pagi hari kamu lihat mataku sedikit mirip panda lalu bertanya “abis begadang de? Ngapain?” dan jawabanku “baca novel”, maka itu bisa jadi novel yang ‘bagus banget’. Karena gak rela berhenti baca, gak rela tidur mem-pause nya, (herannya ini hanya berlaku pada novel. Gak pernah aku baca buku filsafat pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, dll sampe rela gak tidur.) pengalaman sih baca ‘ayat-ayat cinta’ sehari semalem nonstop tanpa tidur, Cuma break mandi dan shalat. Makan aja sambil baca. Alhasil balas dendam aku tidur dari sore sampai pagi. Saat baca ‘Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran’ aku ingat masih SMP. Masih rada-rada ketat gitu, ada jam tidur. Jam tidur tiba, semua lampu dimatikan. Dengan liciknya, aku baca itu novel pake senter HP.  Cerdas bukan? Kegelapan bukanlah alasan (dan herannya kalo ulangan, mati lampu adalah alasan mengapa tidak belajar).
Kalau aku lagi nunduk tekun baca novel, lalu kamu lihat aku tersenyum, tertawa, merengut, dan menangis sendiri, hehe ya ya,, itu tandanya… ya, novel ‘bagus banget’.
Dan terakhir, dia berhasil mempengaruhi aku. Harry Potter makes me believe that magic is real. Seri Laskar Pelangi membuatku percaya pada mimpi, khusus Edensor, setelah membacanya aku mencantumkan Edensor dalam daftar tempat yang ingin dikunjungi. Ayat-Ayat Cinta membuatku entah sedikit atau banyak bertambah religius. KCB membuatku percaya bahwa, ehm… jodoh pasti bertemu. AKAR, membuatku ingin menjadi backpacker yang mengelilingi dunia macam Bodhi, meski tidak tetarik pada tatonya. Negeri 5 Menara membuatku sempat berpikir “kalo punya anak, masukin pesantren aja kali ya”. Twilight, wew… Stephenie Meyer makes me really in love with a vampire, padahal dari dulu dalam bayanganku vampir adalah makhluk yang menyeramkan. What else? Masih banyak novel ‘bagus banget’ lainnya, yang sayangnya untuk saat ini hanya itu saja yang aku ingat, hehe…


Sabtu, 12 April 2014

setiap hari ulang tahunku, matahari baru terbit saat ucapanmu tiba
jam berapapun itu.
lalu aku,
sebagai apa aku dihari spesialmu?
di hari-hari sulitku,
selain Tuhan dan keluargaku,
kamu adalah stamina tambahan untuk melewatinya
meski kamu satu-satunya yang berupa bayangan saja diantara mereka
bisakah kamu menjadi penyemangat yang nyata?
saat aku bahagia,
ya, kamu juga orang yang paling ingin kubagi
aku mengatakan "aku senang sekali hari ini"
pada bayanganmu yang kuciptakan sendiri
apakah kau juga menciptakan bayanganku?
seperti itulah aku,
bertanya-tanya sendiri tentangmu,
karena aku takut terhadap jawabannya,
jika kamu yang kutanyai. :)