perempuan ini, yang kukagumi wajah dan pribadinya selama sembilan tahun lamanya sejak pertemanan kami bermula, datang menghampiri dan menggenggam tanganku. tangannya yang hangat dan kesat terasa kontras dengan tanganku yang selalu berkeringat. tapi dia tak pernah risih bersentuhan dengan keringat di telapak tanganku. buktinya tiap kali kami bersalaman ataupun berpegangan seperti sekarang, dia tidak pernah mengeluhkan tanganku yang basah. dan juga tidak bertanya, kenapa di cuaca yang dingin ditengah hujan deras ini tanganku masih saja berkeringat. karena sungguh jika dia bertanya, maka jawabanku, 'dalam cuaca apapun telapak tangan ini akan selalu berkeringat kalau ada kau di dekatku'. ya, telapak tangan ini terlampau jujur mengisyaratkan rasa yang coba disembunyikan detak jantung, getar suara dan mata. membuatku selalu menyembunyikannya di dalam saku celana atau mendekapnya dalam genggaman tangan yang satu lagi.
tapi apa dayaku kalau tangan hangatnya selalu bergelayut manja di lenganku, lalu menemukan tanganku, lalu menggenggamnya dengan erat.
persis seperti sekarang. apa gunanya aku mengalihkan pandangan dari perempuan disampingku dan memilih menatap hujan dihadapanku, kalau jari-jari tangan 'tak kompak' ini bertaut erat dengan miliknya?
jangan kira aku tidak senang, rasanya sayap mulai tumbuh dari pundakku dan aku siap terbang melayang-layang. kupandangi lagi wajahnya. dia selalu terlihat cantik dan ceria. seketika aku merasa begitu bersyukur sebagai seorang lelaki, aku bisa menemaninya.
masih menatap hujan yang sama dengan yang kutatap, dia berkata
"matahari
sebagai pusat
bulan
setia mendampingi
mars
kawan lama bak saudara
pluto
yang terjauh, terpencil, terlupakan lalu menghilang
pilihkan satu tempat untukku
bila kau adalah bumi"
aku tersenyum geli. dia selalu puitis dan aku tidak. tidak pernah bisa membalas kata-kata indahnya dengan serupa.
aku tersenyum geli karena tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menjawabnya meski aku punya jawaban yang mutlak di dalam hati.
dia mulai menggerak-gerakkan tangan kami, nampak tidak sabar.
"ehm... aku ingin tempatmu disini." ku angkat tangan kami yang bertaut "dan begini. saja."
dia tersenyum. manis sekali. oh, sayapku mengepak-ngepak, tak bisa menahan diri untuk tidak terbang sekarang juga.
tanpa kutahu, mungkin dipundak perempuan ini, sayap kecilnya juga tak bisa mengelak untuk terbang.