Sabtu, 20 Desember 2014

will we be 'like this' forever?



perempuan ini,  yang kukagumi wajah dan pribadinya selama sembilan tahun lamanya sejak pertemanan kami bermula, datang menghampiri dan menggenggam tanganku. tangannya yang hangat dan kesat terasa kontras dengan tanganku yang selalu berkeringat. tapi dia tak pernah risih bersentuhan dengan keringat di telapak tanganku. buktinya tiap kali kami bersalaman ataupun berpegangan seperti sekarang, dia tidak pernah mengeluhkan tanganku yang basah. dan juga tidak bertanya, kenapa di cuaca yang dingin ditengah hujan deras ini tanganku masih saja berkeringat. karena sungguh jika dia bertanya, maka jawabanku, 'dalam cuaca apapun telapak tangan ini akan selalu berkeringat kalau ada kau di dekatku'. ya, telapak tangan ini terlampau jujur mengisyaratkan rasa yang coba disembunyikan detak jantung, getar suara dan mata. membuatku selalu menyembunyikannya di dalam saku celana atau mendekapnya dalam genggaman tangan yang satu lagi.
tapi apa dayaku kalau tangan hangatnya selalu bergelayut manja di lenganku, lalu menemukan tanganku, lalu menggenggamnya dengan erat.
persis seperti sekarang. apa gunanya aku mengalihkan pandangan dari perempuan disampingku dan memilih menatap hujan dihadapanku, kalau jari-jari tangan 'tak kompak' ini bertaut erat dengan miliknya?
jangan kira aku tidak senang, rasanya sayap mulai tumbuh dari pundakku dan aku siap terbang melayang-layang. kupandangi lagi wajahnya. dia selalu terlihat cantik dan ceria. seketika aku merasa begitu bersyukur sebagai seorang lelaki, aku bisa menemaninya.

masih menatap hujan yang sama dengan yang kutatap, dia berkata

"matahari
sebagai pusat
bulan
setia mendampingi
mars
kawan lama bak saudara
pluto
yang terjauh, terpencil, terlupakan lalu menghilang
pilihkan satu tempat untukku
bila kau adalah bumi"

aku tersenyum geli. dia selalu puitis dan aku tidak. tidak pernah bisa membalas kata-kata indahnya dengan serupa.
aku tersenyum geli karena tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menjawabnya meski aku punya jawaban yang mutlak di dalam hati.
dia mulai menggerak-gerakkan tangan kami, nampak tidak sabar.
"ehm... aku ingin tempatmu disini." ku angkat tangan kami yang bertaut "dan begini. saja."
dia tersenyum. manis sekali. oh, sayapku mengepak-ngepak, tak bisa menahan diri untuk tidak terbang sekarang juga.
tanpa kutahu, mungkin dipundak perempuan ini, sayap kecilnya juga tak bisa mengelak untuk terbang.

Rabu, 10 Desember 2014

you raise me up to more than I can be


Aku ingin bercerita pada papa
Tentang detik yang kulewati hari ini,
Yang kulewati kemarin dan setiap hari
Aku ingin mengadu pada papa
Banyak ketidakramahan yang kualami
Jauh berbeda dengan dirumah
Ingin memberi tahu,
Hari ini hujan seharian
Dan aku sagat menikmati
Ya, pada papa saja
Lalu membenamkan wajah didadanya
Untuk menyembunyikan airmata
Atau bersandar dibahunya
Agar bisa melirik senyumnya

Iin, temen kos cumi yang anggota PS (Paduan Suara) Golden di kampus memberiku undangan konser ulang tahun UKM nya. Ulang tahun paduan suara satu-satunya di kampus. Konsernya bertajuk “Golden Dreams for Our Parents”.
Ruangan auditorium kampus disetting persis tempat konser opera. Semua dinding dilapisi kain hitam, dan lampu dipadamkan saat pertunjukan. Dari tema konser, jelaslah apa visi dan misi konser itu. Untuk mengingatkan kita akan masa kecil, dimana begitu banyak impian yang didedikasikan untuk membahagiakan orangtua. Sekarang, masihkah kita konsisten pada tujuan itu?
Alunan lagu bertema kasih sayang orangtua dinyanyikan. Saat paduan suara menyanyikan lagu “Bunda” dari Potret, ku pikir aku akan menangis. Ternyata tidak. Tapi aku sangat menikmati dan merinding juga..
Yang tidak disangka, ketika dinyanyikan lagu “yang terbaik bagimu” dari Ada Band feat Gita Gutawa, merdunya suara para penyanyi mengiring bayangan wajah papa yang terlihat sangat jelas di ruangan gelap itu. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba dadaku sesak dan tetes bening itu mengalir di pipi.
Disusul dengan lagu “You Raise Me Up”, bayangan papa semakin nyata.
Papaku itu, orang yang tidak romantis. Dia tidak pernah mengucapkan dengan kata-kata “papa sayang kamu, nak”,
Dia tidak pernah memuji kami, “aku bangga padamu, nak”.
Dia juga tidak pernah membela saat kami bertengkar dengan teman
Papa bukanlah orang yang  bersikap serius terhadap kami dalam kesehariannya. Selalu saja menanggapi sikap kami dengan candaan. Yang kutahu menyimpan keseriusan didalamnya.
Aku tahu papa tidak pernah menanggapi serius saat kami berkeluh kesah atau mengadu. Mungkin ia tak ingin anaknya jadi tukang mengeluh atau tukang ngadu.
Aku ingat saat aku mengeluh pada papa sebelum berangkat KKN semester lalu,
“nanti ditempat KKN itu gak ada air, mandi susah, nyucinya gimana, ambil wudhu juga gimana. Pas puasa lagi. Tidurnya juga Cuma ditikar. Nanti makan sahur sama buka puasanya gimana? Yang paling penting itu air... gimana kalo beneran gak ada air??? ”
Dan taggapannya, “ tak usah lebay. Buktinya ada orang yang bisa hidup disana. Masak kamu gak bisa?”
Nah, ngadu sama papa itu memang bikin kapok buat ngadu. See?
Papa tidak pernah memuji.
Dulu, saat wisuda D3 Keperawatn, Bak Eka, kakakku yang tertua adalah lulusan terbaik. Dia maju ke podium untuk memberi sambutan selaku lulusan terbaik. Sepulang dari acara wisuda, sampai tiba dirumah, aku sama sekali tidak mendengar papa memuji Mbak Eka. Tapi senyumnya, merekah sepanjang hari.
Jika ingin tahu sayangnya papa kepada kami, jangan tunggu dia bilang sayang. Rasanya mustahil sekali. Tapi coba lihat dari yang dia lakukan. J
You raise me up so I can stand on mountain
You raise me up to walk in stormy seas
I am strong when I am on your shoulder
You raise me up to more than I can be

Yes he does
Dia tidak pernah membiarkan kami mengeluh karena dia yakin bahwa kami bisa. Bahwa kami mampu melebihi yang kami bayangkan. Bahkan disaat kami tidak percaya pada kemampuan kami sendiri.
Dibalik kata “jangan lebay” nya, dia tidak mengizinkan kami mengeluh. Terutama aku, putrinya yang paling manja.
Aku teringat lagi wajah papa yang semakin menua. Namun senyumnya tidak pernah berubah. Tetap hangat dan manis.
Aku ingin mengatakan langsung padamu,
“don’t you know pa? You are my real hero, my idol, and I love you”
Tapi tentu tidak akan kukatakan, karena aku juga tidak romantis. Sama seperti papa. Hehe
Tidak ada yang salah dengan tidak romantis, kalau romantis hanya diukur dengan kata-kata. Papa punya cara lain menunjukkan kasih sayangnya. Setiap orang punya cara berbeda.
Teringat masa kecilku
Kau pelukdan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melabung disisimu
Terngiang hangat nafas, segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan yang mungkin ku lakukan
Dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu,
Jatuh, dan terinjak
Tuhan tolonglah,
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku trus berjanji takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah,
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang telah terlewati....
(Ada Band feat Gita Gutawa)




you raise me up to more than I can be


Aku ingin bercerita pada papa
Tentang detik yang kulewati hari ini,
Yang kulewati kemarin dan setiap hari
Aku ingin mengadu pada papa
Banyak ketidakramahan yang kualami
Jauh berbeda dengan dirumah
Ingin memberi tahu,
Hari ini hujan seharian
Dan aku sagat menikmati
Ya, pada papa saja
Lalu membenamkan wajah didadanya
Untuk menyembunyikan airmata
Atau bersandar dibahunya
Agar bisa melirik senyumnya

Iin, temen kos cumi yang anggota PS (Paduan Suara) Golden di kampus memberiku undangan konser ulang tahun UKM nya. Ulang tahun paduan suara satu-satunya di kampus. Konsernya bertajuk “Golden Dreams for Our Parents”.
Ruangan auditorium kampus disetting persis tempat konser opera. Semua dinding dilapisi kain hitam, dan lampu dipadamkan saat pertunjukan. Dari tema konser, jelaslah apa visi dan misi konser itu. Untuk mengingatkan kita akan masa kecil, dimana begitu banyak impian yang didedikasikan untuk membahagiakan orangtua. Sekarang, masihkah kita konsisten pada tujuan itu?
Alunan lagu bertema kasih sayang orangtua dinyanyikan. Saat paduan suara menyanyikan lagu “Bunda” dari Potret, ku pikir aku akan menangis. Ternyata tidak. Tapi aku sangat menikmati dan merinding juga..
Yang tidak disangka, ketika dinyanyikan lagu “yang terbaik bagimu” dari Ada Band feat Gita Gutawa, merdunya suara para penyanyi mengiring bayangan wajah papa yang terlihat sangat jelas di ruangan gelap itu. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba dadaku sesak dan tetes bening itu mengalir di pipi.
Disusul dengan lagu “You Raise Me Up”, bayangan papa semakin nyata.
Papaku itu, orang yang tidak romantis. Dia tidak pernah mengucapkan dengan kata-kata “papa sayang kamu, nak”,
Dia tidak pernah memuji kami, “aku bangga padamu, nak”.
Dia juga tidak pernah membela saat kami bertengkar dengan teman
Papa bukanlah orang yang  bersikap serius terhadap kami dalam kesehariannya. Selalu saja menanggapi sikap kami dengan candaan. Yang kutahu menyimpan keseriusan didalamnya.
Aku tahu papa tidak pernah menanggapi serius saat kami berkeluh kesah atau mengadu. Mungkin ia tak ingin anaknya jadi tukang mengeluh atau tukang ngadu.
Aku ingat saat aku mengeluh pada papa sebelum berangkat KKN semester lalu,
“nanti ditempat KKN itu gak ada air, mandi susah, nyucinya gimana, ambil wudhu juga gimana. Pas puasa lagi. Tidurnya juga Cuma ditikar. Nanti makan sahur sama buka puasanya gimana? Yang paling penting itu air... gimana kalo beneran gak ada air??? ”
Dan taggapannya, “ tak usah lebay. Buktinya ada orang yang bisa hidup disana. Masak kamu gak bisa?”
Nah, ngadu sama papa itu memang bikin kapok buat ngadu. See?
Papa tidak pernah memuji.
Dulu, saat wisuda D3 Keperawatn, Bak Eka, kakakku yang tertua adalah lulusan terbaik. Dia maju ke podium untuk memberi sambutan selaku lulusan terbaik. Sepulang dari acara wisuda, sampai tiba dirumah, aku sama sekali tidak mendengar papa memuji Mbak Eka. Tapi senyumnya, merekah sepanjang hari.
Jika ingin tahu sayangnya papa kepada kami, jangan tunggu dia bilang sayang. Rasanya mustahil sekali. Tapi coba lihat dari yang dia lakukan. J
You raise me up so I can stand on mountain
You raise me up to walk in stormy seas
I am strong when I am on your shoulder
You raise me up to more than I can be

Yes he does
Dia tidak pernah membiarkan kami mengeluh karena dia yakin bahwa kami bisa. Bahwa kami mampu melebihi yang kami bayangkan. Bahkan disaat kami tidak percaya pada kemampuan kami sendiri.
Dibalik kata “jangan lebay” nya, dia tidak mengizinkan kami mengeluh. Terutama aku, putrinya yang paling manja.
Aku teringat lagi wajah papa yang semakin menua. Namun senyumnya tidak pernah berubah. Tetap hangat dan manis.
Aku ingin mengatakan langsung padamu,
“don’t you know pa? You are my real hero, my idol, and I love you”
Tapi tentu tidak akan kukatakan, karena aku juga tidak romantis. Sama seperti papa. Hehe
Tidak ada yang salah dengan tidak romantis, kalau romantis hanya diukur dengan kata-kata. Papa punya cara lain menunjukkan kasih sayangnya. Setiap orang punya cara berbeda.
Teringat masa kecilku
Kau pelukdan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melabung disisimu
Terngiang hangat nafas, segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan yang mungkin ku lakukan
Dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu,
Jatuh, dan terinjak
Tuhan tolonglah,
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku trus berjanji takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah,
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang telah terlewati....
(Ada Band feat Gita Gutawa)




Sabtu, 06 Desember 2014

cukup sekali
kalau sudah tahu rasanya kenapa harus diulang?
aku pernah mengatakannya sekali
tapi tidak dipercaya
meski ia berkata iya
tapi akhirnya pergi juga
ia tak percaya
lalu aku juga mulai ragu
lalu apa gunanya?
pergilah

macan berlari
semut bejalan
aku bisa melakukan keduanya
sekaligus tidak
bergantung mana yang aku mau
bergantung siapa yang mendorong di belakangku
bergantung siapa yang menunggu di depanku
atau,
bergantung aku sendiri
kita gak perlu terburu-buru
hanya perlu sesuai dengan waktu
ya memang apalgi yang bisa diperbuat terhadap sesuatu yang tidak bisa dilawan?
bergerak bersamanya.

Selasa, 02 Desember 2014

gili labaaak !!!!

Pulau Gili Labak, memang akhir-akhir ini digadang-gadang sebagai tempat wisata terbaru di Kabupaten Sumenep. Selain tempatnya yang terjangkau (1-2 jam perjalanan laut), pulau ini memang memiliki banyak keunikan.
Kalau yang dibahas soal keindahan atau kealamiannya, sudahlah tidak usah diragukan lagi. Pulau Gili Labak asli indah dan alami. Kalau mau tahu lebih banyak lagi tentang keunikannya, coba deh searching kalo gak percaya. Pulau ini luasnya kurang lebih 5 hektar doang. Mengelilingi pulau ini dengan berjalan kaki Cuma membutuhkan waktu gak lebih dari 30 menit. See? Kecil kan. Penduduknya? Sekitar 30 kepala keluarga. Seisi pulau pasti saling mengenal. Atau mungkin mereka masih satu keturunan nenek moyang ya? Hanya Tuhan yang tahu.
Oke, Gili Labak emang udah tersohor sebelum aku nulis ini. Tapi boleh ya aku share pengalamanku berkunjung ke pulau yang akhir-akhir ini menjadi trending topic. Yang katanya bakal jadi tempat wisata paling berkompeten di Kabupatenku tersayang, Sumenep.
First... perjalanan dimulai dari pelabuhan di pulau Talango. Karena ceritanya aku ngikut rombongan Puskesma Talango (tempat kerja Bak Eka) yang memang ada agenda setiap tahun melakukan kunjungan atau pelayanan bagi pulau terpencil, salah satunya Gili Labak ini. Lamaaa nunggu perahu charteran, sampai-sampai rencana ke Gili Labak terancam gagal, akhirnya yang ditunggu datang juga. Dari jam setengah sembilan sampai jam sepuluh lewat seperempat. Nunggunya sampe kedenger bunyi kriiik kriiik gitu. nunggunya disini nih

Perjalanan laut ditempuh selama dua jam. Dua jam diatas kapal yang bunyi mesinnya meraung-raung ituu... sesuatu sekali.
Awalnya pulau itu Cuma terlihat seperti garis tipis, lalu seperti tumpukan pohon, dan akhirnya bener-bener kelihatan bentuk pulau utuhnya.
Seperti ini...

Semakin mendekati pulau, saranku jangan Cuma terpana sama pulaunya deh, jangan lupa lihat air laut dibawah kita. Pure blue... biru dan jernih. Ketika mendarat, bersiaplah untuk jatuh cinta, tapi sekali lagi, jangan Cuma terpaku memandangi keindahan pulaunya, lihat kebawah lagi. Kita tidak bisa mendarat dengan cantik seperti tuan putri turun dari kereta kuda. Melainkan, lipatlah celana anda sampai selutut, lepas alas kaki apapun yang anda gunakan, dan hup! Berjalan di air setinggi betis untuk sampai di darat. Hehe. But it’s ok, because the beautiful island is waiting for you over there!
Pernah nonton film Pirates of the Carabian yang ada adegan Jack Sparrow nyasar di pulau asing? Ya, pas saat perahu merapat, Cuma itu yang ada di pikiranku.
Seperti halnya kelamian yang berbanding lurus dengan kepolosan. Pulau ini alami bukan hanya pemandangannya saja, tapi juga penduduk yang mendiami. Begitu alami dan polos. Sederhana.

Dan juga jauh dari modernitas. Aku ingat waktu bak Eka menanyakan KTP pada sala seorang penduduk yang sudah lanjut usia, ibu itu menjawab, “Gebey napa KTP, ampon tua. (buat apa KTP, udah tua)”. Begitu juga dengan masalah pendidikan. Gak ada sekolah di pulau ini. Untuk bersekolah anak-anak pulau gili labak harus pergi keluar pulau, yaitu di pulau Puteran. Dan itu jauh loh untuk ukuran anak sekolah, khusunya SD. Intinya mereka harus tingggal di luar pulau untuk bisa bersekolah.
Air di tempat ini juga asin, jadi tips nya sih jangan lupa bawa air sendiri untuk keperluan cuci muka atau minum.
Sepulang dari pulau ini aku mendapat pelajaran bahwa hidup sederhana dan dekat dengan alam itu menyenangkan. Pulau ini mungkin terkesan terpencil dan tertinggal, tapi, masyarakat hidup tak kurang satu apapun. Alam selalu mencukupi kebutuhan manusia, selama manusia mau merasa cukup. J
Keramahan masyarakat Gili Labak ini membuatku nyaman. Ketika saatnya pulang, ketika kapal menjauh dan pulau itu terlihat semakin kecil, aku merasa seperti pergi meninggalkan rumah. Dan berdoa semoga suatu hari bisa kembali lagi. J

me in Gili Labak. narsis time... with the nature. yiihaaa