Aku ingin bercerita pada papa
Tentang detik yang kulewati hari
ini,
Yang kulewati kemarin dan setiap
hari
Aku ingin mengadu pada papa
Banyak ketidakramahan yang kualami
Jauh berbeda dengan dirumah
Ingin memberi tahu,
Hari ini hujan seharian
Dan aku sagat menikmati
Ya, pada papa saja
Lalu membenamkan wajah didadanya
Untuk menyembunyikan airmata
Atau bersandar dibahunya
Agar bisa melirik senyumnya
Iin, temen kos cumi yang anggota PS
(Paduan Suara) Golden di kampus memberiku undangan konser ulang tahun UKM nya. Ulang
tahun paduan suara satu-satunya di kampus. Konsernya bertajuk “Golden Dreams
for Our Parents”.
Ruangan auditorium kampus disetting
persis tempat konser opera. Semua dinding dilapisi kain hitam, dan lampu
dipadamkan saat pertunjukan. Dari tema konser, jelaslah apa visi dan misi
konser itu. Untuk mengingatkan kita akan masa kecil, dimana begitu banyak
impian yang didedikasikan untuk membahagiakan orangtua. Sekarang, masihkah kita
konsisten pada tujuan itu?
Alunan lagu bertema kasih sayang
orangtua dinyanyikan. Saat paduan suara menyanyikan lagu “Bunda” dari Potret,
ku pikir aku akan menangis. Ternyata tidak. Tapi aku sangat menikmati dan
merinding juga..
Yang tidak disangka, ketika
dinyanyikan lagu “yang terbaik bagimu” dari Ada Band feat Gita Gutawa, merdunya
suara para penyanyi mengiring bayangan wajah papa yang terlihat sangat jelas di
ruangan gelap itu. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba dadaku sesak dan tetes bening
itu mengalir di pipi.
Disusul dengan lagu “You Raise Me
Up”, bayangan papa semakin nyata.
Papaku itu, orang yang tidak
romantis. Dia tidak pernah mengucapkan dengan kata-kata “papa sayang kamu, nak”,
Dia tidak pernah memuji kami, “aku
bangga padamu, nak”.
Dia juga tidak pernah membela saat
kami bertengkar dengan teman
Papa bukanlah orang yang bersikap serius terhadap kami dalam
kesehariannya. Selalu saja menanggapi sikap kami dengan candaan. Yang kutahu
menyimpan keseriusan didalamnya.
Aku tahu papa tidak pernah
menanggapi serius saat kami berkeluh kesah atau mengadu. Mungkin ia tak ingin
anaknya jadi tukang mengeluh atau tukang ngadu.
Aku ingat saat aku mengeluh pada
papa sebelum berangkat KKN semester lalu,
“nanti ditempat KKN itu gak ada
air, mandi susah, nyucinya gimana, ambil wudhu juga gimana. Pas puasa lagi. Tidurnya
juga Cuma ditikar. Nanti makan sahur sama buka puasanya gimana? Yang paling
penting itu air... gimana kalo beneran gak ada air??? ”
Dan taggapannya, “ tak usah lebay. Buktinya
ada orang yang bisa hidup disana. Masak kamu gak bisa?”
Nah, ngadu sama papa itu memang
bikin kapok buat ngadu. See?
Papa tidak pernah memuji.
Dulu, saat wisuda D3 Keperawatn,
Bak Eka, kakakku yang tertua adalah lulusan terbaik. Dia maju ke podium untuk
memberi sambutan selaku lulusan terbaik. Sepulang dari acara wisuda, sampai
tiba dirumah, aku sama sekali tidak mendengar papa memuji Mbak Eka. Tapi senyumnya,
merekah sepanjang hari.
Jika ingin tahu sayangnya papa
kepada kami, jangan tunggu dia bilang sayang. Rasanya mustahil sekali. Tapi coba
lihat dari yang dia lakukan. J
You raise me up so I can stand on mountain
You raise me up to walk in stormy seas
I am strong when I am on your shoulder
You raise me up to more than I can be
Yes he does
Dia tidak pernah membiarkan kami
mengeluh karena dia yakin bahwa kami bisa. Bahwa kami mampu melebihi yang kami
bayangkan. Bahkan disaat kami tidak percaya pada kemampuan kami sendiri.
Dibalik kata “jangan lebay” nya,
dia tidak mengizinkan kami mengeluh. Terutama aku, putrinya yang paling manja.
Aku teringat lagi wajah papa yang
semakin menua. Namun senyumnya tidak pernah berubah. Tetap hangat dan manis.
Aku ingin mengatakan langsung
padamu,
“don’t you know pa? You are my real
hero, my idol, and I love you”
Tapi tentu tidak akan kukatakan,
karena aku juga tidak romantis. Sama seperti papa. Hehe
Tidak ada yang salah dengan tidak
romantis, kalau romantis hanya diukur dengan kata-kata. Papa punya cara lain
menunjukkan kasih sayangnya. Setiap orang punya cara berbeda.
Teringat masa kecilku
Kau pelukdan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melabung disisimu
Terngiang hangat nafas, segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan yang mungkin ku lakukan
Dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu,
Jatuh, dan terinjak
Tuhan tolonglah,
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku trus berjanji takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah,
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang telah terlewati....
(Ada Band feat Gita Gutawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar