Selasa, 02 Desember 2014

gili labaaak !!!!

Pulau Gili Labak, memang akhir-akhir ini digadang-gadang sebagai tempat wisata terbaru di Kabupaten Sumenep. Selain tempatnya yang terjangkau (1-2 jam perjalanan laut), pulau ini memang memiliki banyak keunikan.
Kalau yang dibahas soal keindahan atau kealamiannya, sudahlah tidak usah diragukan lagi. Pulau Gili Labak asli indah dan alami. Kalau mau tahu lebih banyak lagi tentang keunikannya, coba deh searching kalo gak percaya. Pulau ini luasnya kurang lebih 5 hektar doang. Mengelilingi pulau ini dengan berjalan kaki Cuma membutuhkan waktu gak lebih dari 30 menit. See? Kecil kan. Penduduknya? Sekitar 30 kepala keluarga. Seisi pulau pasti saling mengenal. Atau mungkin mereka masih satu keturunan nenek moyang ya? Hanya Tuhan yang tahu.
Oke, Gili Labak emang udah tersohor sebelum aku nulis ini. Tapi boleh ya aku share pengalamanku berkunjung ke pulau yang akhir-akhir ini menjadi trending topic. Yang katanya bakal jadi tempat wisata paling berkompeten di Kabupatenku tersayang, Sumenep.
First... perjalanan dimulai dari pelabuhan di pulau Talango. Karena ceritanya aku ngikut rombongan Puskesma Talango (tempat kerja Bak Eka) yang memang ada agenda setiap tahun melakukan kunjungan atau pelayanan bagi pulau terpencil, salah satunya Gili Labak ini. Lamaaa nunggu perahu charteran, sampai-sampai rencana ke Gili Labak terancam gagal, akhirnya yang ditunggu datang juga. Dari jam setengah sembilan sampai jam sepuluh lewat seperempat. Nunggunya sampe kedenger bunyi kriiik kriiik gitu. nunggunya disini nih

Perjalanan laut ditempuh selama dua jam. Dua jam diatas kapal yang bunyi mesinnya meraung-raung ituu... sesuatu sekali.
Awalnya pulau itu Cuma terlihat seperti garis tipis, lalu seperti tumpukan pohon, dan akhirnya bener-bener kelihatan bentuk pulau utuhnya.
Seperti ini...

Semakin mendekati pulau, saranku jangan Cuma terpana sama pulaunya deh, jangan lupa lihat air laut dibawah kita. Pure blue... biru dan jernih. Ketika mendarat, bersiaplah untuk jatuh cinta, tapi sekali lagi, jangan Cuma terpaku memandangi keindahan pulaunya, lihat kebawah lagi. Kita tidak bisa mendarat dengan cantik seperti tuan putri turun dari kereta kuda. Melainkan, lipatlah celana anda sampai selutut, lepas alas kaki apapun yang anda gunakan, dan hup! Berjalan di air setinggi betis untuk sampai di darat. Hehe. But it’s ok, because the beautiful island is waiting for you over there!
Pernah nonton film Pirates of the Carabian yang ada adegan Jack Sparrow nyasar di pulau asing? Ya, pas saat perahu merapat, Cuma itu yang ada di pikiranku.
Seperti halnya kelamian yang berbanding lurus dengan kepolosan. Pulau ini alami bukan hanya pemandangannya saja, tapi juga penduduk yang mendiami. Begitu alami dan polos. Sederhana.

Dan juga jauh dari modernitas. Aku ingat waktu bak Eka menanyakan KTP pada sala seorang penduduk yang sudah lanjut usia, ibu itu menjawab, “Gebey napa KTP, ampon tua. (buat apa KTP, udah tua)”. Begitu juga dengan masalah pendidikan. Gak ada sekolah di pulau ini. Untuk bersekolah anak-anak pulau gili labak harus pergi keluar pulau, yaitu di pulau Puteran. Dan itu jauh loh untuk ukuran anak sekolah, khusunya SD. Intinya mereka harus tingggal di luar pulau untuk bisa bersekolah.
Air di tempat ini juga asin, jadi tips nya sih jangan lupa bawa air sendiri untuk keperluan cuci muka atau minum.
Sepulang dari pulau ini aku mendapat pelajaran bahwa hidup sederhana dan dekat dengan alam itu menyenangkan. Pulau ini mungkin terkesan terpencil dan tertinggal, tapi, masyarakat hidup tak kurang satu apapun. Alam selalu mencukupi kebutuhan manusia, selama manusia mau merasa cukup. J
Keramahan masyarakat Gili Labak ini membuatku nyaman. Ketika saatnya pulang, ketika kapal menjauh dan pulau itu terlihat semakin kecil, aku merasa seperti pergi meninggalkan rumah. Dan berdoa semoga suatu hari bisa kembali lagi. J

me in Gili Labak. narsis time... with the nature. yiihaaa



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar