Pulau Gili Labak, memang
akhir-akhir ini digadang-gadang sebagai tempat wisata terbaru di Kabupaten
Sumenep. Selain tempatnya yang terjangkau (1-2 jam perjalanan laut), pulau ini
memang memiliki banyak keunikan.
Kalau yang dibahas soal keindahan
atau kealamiannya, sudahlah tidak usah diragukan lagi. Pulau Gili Labak asli
indah dan alami. Kalau mau tahu lebih banyak lagi tentang keunikannya, coba deh
searching kalo gak percaya. Pulau ini luasnya kurang lebih 5 hektar doang. Mengelilingi
pulau ini dengan berjalan kaki Cuma membutuhkan waktu gak lebih dari 30 menit. See?
Kecil kan. Penduduknya? Sekitar 30 kepala keluarga. Seisi pulau pasti saling
mengenal. Atau mungkin mereka masih satu keturunan nenek moyang ya? Hanya Tuhan
yang tahu.
Oke, Gili
Labak emang udah tersohor sebelum aku nulis ini. Tapi boleh ya aku share pengalamanku
berkunjung ke pulau yang akhir-akhir ini menjadi trending topic. Yang katanya
bakal jadi tempat wisata paling berkompeten di Kabupatenku tersayang, Sumenep.
First... perjalanan dimulai dari
pelabuhan di pulau Talango. Karena ceritanya aku ngikut rombongan Puskesma
Talango (tempat kerja Bak Eka) yang memang ada agenda setiap tahun melakukan
kunjungan atau pelayanan bagi pulau terpencil, salah satunya Gili Labak ini. Lamaaa
nunggu perahu charteran, sampai-sampai rencana ke Gili Labak terancam gagal,
akhirnya yang ditunggu datang juga. Dari jam setengah sembilan sampai jam sepuluh lewat seperempat. Nunggunya sampe
kedenger bunyi kriiik kriiik gitu. nunggunya disini nih
Perjalanan laut ditempuh selama dua
jam. Dua jam diatas kapal yang bunyi mesinnya meraung-raung ituu... sesuatu
sekali.
Awalnya pulau itu Cuma terlihat
seperti garis tipis, lalu seperti tumpukan pohon, dan akhirnya bener-bener
kelihatan bentuk pulau utuhnya.
Seperti ini...
Semakin mendekati pulau, saranku
jangan Cuma terpana sama pulaunya deh, jangan lupa lihat air laut dibawah kita.
Pure blue... biru dan jernih. Ketika mendarat, bersiaplah untuk jatuh cinta,
tapi sekali lagi, jangan Cuma terpaku memandangi keindahan pulaunya, lihat
kebawah lagi. Kita tidak bisa mendarat dengan cantik seperti tuan putri turun
dari kereta kuda. Melainkan, lipatlah celana anda sampai selutut, lepas alas
kaki apapun yang anda gunakan, dan hup! Berjalan di air setinggi betis untuk
sampai di darat. Hehe. But it’s ok, because the beautiful island is waiting for
you over there!
Pernah nonton film Pirates of the
Carabian yang ada adegan Jack Sparrow nyasar di pulau asing? Ya, pas saat
perahu merapat, Cuma itu yang ada di pikiranku.
Seperti halnya kelamian yang
berbanding lurus dengan kepolosan. Pulau ini alami bukan hanya pemandangannya
saja, tapi juga penduduk yang mendiami. Begitu alami dan polos. Sederhana.
Dan juga jauh dari modernitas. Aku ingat
waktu bak Eka menanyakan KTP pada sala seorang penduduk yang sudah lanjut usia,
ibu itu menjawab, “Gebey napa KTP, ampon tua. (buat apa KTP, udah tua)”. Begitu
juga dengan masalah pendidikan. Gak ada sekolah di pulau ini. Untuk bersekolah
anak-anak pulau gili labak harus pergi keluar pulau, yaitu di pulau Puteran. Dan
itu jauh loh untuk ukuran anak sekolah, khusunya SD. Intinya mereka harus
tingggal di luar pulau untuk bisa bersekolah.
Air di tempat ini juga asin, jadi
tips nya sih jangan lupa bawa air sendiri untuk keperluan cuci muka atau minum.
Sepulang dari pulau ini aku
mendapat pelajaran bahwa hidup sederhana dan dekat dengan alam itu menyenangkan.
Pulau ini mungkin terkesan terpencil dan tertinggal, tapi, masyarakat hidup tak
kurang satu apapun. Alam selalu mencukupi kebutuhan manusia, selama manusia mau
merasa cukup. J
Keramahan masyarakat Gili Labak ini
membuatku nyaman. Ketika saatnya pulang, ketika kapal menjauh dan pulau itu
terlihat semakin kecil, aku merasa seperti pergi meninggalkan rumah. Dan berdoa
semoga suatu hari bisa kembali lagi. J
me in Gili Labak. narsis time... with the nature. yiihaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar