Sabtu, 05 Mei 2012

Buku Biru Motivasiku


Buku Biru Motivasiku
Melihat, mendengar, membaca kisah orang-orang sukses, tidakkah kau merasa merinding?
Buku bercover biru itu terus ku genggam. Tidak ada niat untuk ku masukkan kedalam tas. Ku lihat antrian kendaraan dan manusia berbaris  untuk masuk kapal di pelabuhan Perak, Surabaya. Dan aku bergabung dalam barisan itu. Seharian aku berputar-putar di salah satu mall di kota Surabaya. Sekarang saatnya kembali ke tempatku belajar, Universitas Trunojoyo Madura. Sekitar 5km dari pelabuhan Kamal. Antrian terus memanjang, namun kapal yang ditunggu tidak juga datang.
Kakiku mulai pegal, buah dari petualanganku di mall tadi. Kuputuskan untuk duduk bersila dibawah tiang lampu yang menjulang dipinggir jalan. Cahaya lampunya kurasa cukup untuk dijadikan penerangan. Ku buka buku yang sedari tadi ku pegang. “berjalan menembus batas”. Ku raba judulnya yang dicetak dengan huruf timbul. Orang-orang sukses itu membagi kisahnya dalam buku ini. Aku mulai sibuk membaca. kisah orang sukses pertama dalam buku ini kucerna sedikit demi sedikit sambil membayangkan perjalanannya. Dia yang belajar di pesantren di pelosok Madura, bisa menjelajah benua Amerika. Dia yang hidupnya sangat kekurangan, yang hanya menghabiskan Rp.30.000 sampai Rp.40.000 tiap bulannya, tidak pernah menyerah dengan kekurangan itu. Angin laut yang berdesir melambaikan jilbabku, makin menambah kemerindinganku.
Baru setengah kisah yang kubaca, dari kejauhan, dari laut yang gelap, ada cahaya mendekat. Benda putih besar itu mulai nampak. Kapal yang kami tunggu akhirnya datang juga. Aku bersama orang-orang yang lain bergegas menaiki kapal. Meskipun kapal belum sepenuhnya merapat, tapi semua orang berusaha masuk. Ku dekap buku itu rapat-rapat didada sambil terus memasuki kapal.
Setelah duduk dengan nyaman diatas kapal, ku buka lagi buku itu. Kutekuni setiap baris kalimatnya yang penuh motivasi. Tak kuperdulikan keadaan sekitar. Para pedagang asongan menawarkan kopi, air, permen, sama sekali tak ku gubris. Aku sudah terlanjur hanyut dalam kisah orang ini.
Tamat. Ada sesuatu yang membuat pandanganku kabur. Aku berkaca-kaca. Aku tetap menunduk meskipun telah selesai membaca kisah pertama. Kubandingkan dengan diriku sendiri. Benar-benar payah. Padahal keadaanku seribu kali lebih baik dari dia,tapi jangankan ke Amerika, melangka keluar Madura saja aku tidak bisa.
Orang-orang sukses itu telah membuktikan keampuhan mantra “man jadda wajada”. Aku telah jauh melayang bersama kisah suksesnya, kini aku turun lagi ke bumi. Ke tempat asalku. Di atas kapal Ferry yang membawaku kembali ke pulau Madura. Ku pandangi laut yang hitam karena malam. Ku pandangi lampu-lampu jembatan suramadu yang terlihat seperti lilin-lilin berjejer di kejauhan. Di dalam hatiku, aku berkata “aku akan sukses juga.” Lalu aku tersenyum, membesarkan hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar