Buku Biru
Motivasiku
Melihat,
mendengar, membaca kisah orang-orang sukses, tidakkah kau merasa merinding?
Buku
bercover biru itu terus ku genggam. Tidak ada niat untuk ku masukkan kedalam
tas. Ku lihat antrian kendaraan dan manusia berbaris untuk masuk kapal di pelabuhan Perak, Surabaya.
Dan aku bergabung dalam barisan itu. Seharian aku berputar-putar di salah satu
mall di kota Surabaya. Sekarang saatnya kembali ke tempatku belajar,
Universitas Trunojoyo Madura. Sekitar 5km dari pelabuhan Kamal. Antrian terus
memanjang, namun kapal yang ditunggu tidak juga datang.
Kakiku
mulai pegal, buah dari petualanganku di mall tadi. Kuputuskan untuk duduk
bersila dibawah tiang lampu yang menjulang dipinggir jalan. Cahaya lampunya
kurasa cukup untuk dijadikan penerangan. Ku buka buku yang sedari tadi ku
pegang. “berjalan menembus batas”. Ku raba judulnya yang dicetak dengan huruf
timbul. Orang-orang sukses itu membagi kisahnya dalam buku ini. Aku mulai sibuk
membaca. kisah orang sukses pertama dalam buku ini kucerna sedikit demi sedikit
sambil membayangkan perjalanannya. Dia yang belajar di pesantren di pelosok
Madura, bisa menjelajah benua Amerika. Dia yang hidupnya sangat kekurangan,
yang hanya menghabiskan Rp.30.000 sampai Rp.40.000 tiap bulannya, tidak pernah
menyerah dengan kekurangan itu. Angin laut yang berdesir melambaikan jilbabku,
makin menambah kemerindinganku.
Baru
setengah kisah yang kubaca, dari kejauhan, dari laut yang gelap, ada cahaya
mendekat. Benda putih besar itu mulai nampak. Kapal yang kami tunggu akhirnya
datang juga. Aku bersama orang-orang yang lain bergegas menaiki kapal. Meskipun
kapal belum sepenuhnya merapat, tapi semua orang berusaha masuk. Ku dekap buku
itu rapat-rapat didada sambil terus memasuki kapal.
Setelah
duduk dengan nyaman diatas kapal, ku buka lagi buku itu. Kutekuni setiap baris
kalimatnya yang penuh motivasi. Tak kuperdulikan keadaan sekitar. Para pedagang
asongan menawarkan kopi, air, permen, sama sekali tak ku gubris. Aku sudah
terlanjur hanyut dalam kisah orang ini.
Tamat.
Ada sesuatu yang membuat pandanganku kabur. Aku berkaca-kaca. Aku tetap
menunduk meskipun telah selesai membaca kisah pertama. Kubandingkan dengan
diriku sendiri. Benar-benar payah. Padahal keadaanku seribu kali lebih baik
dari dia,tapi jangankan ke Amerika, melangka keluar Madura saja aku tidak bisa.
Orang-orang
sukses itu telah membuktikan keampuhan mantra “man jadda wajada”. Aku telah
jauh melayang bersama kisah suksesnya, kini aku turun lagi ke bumi. Ke tempat
asalku. Di atas kapal Ferry yang membawaku kembali ke pulau Madura. Ku pandangi
laut yang hitam karena malam. Ku pandangi lampu-lampu jembatan suramadu yang
terlihat seperti lilin-lilin berjejer di kejauhan. Di dalam hatiku, aku berkata
“aku akan sukses juga.” Lalu aku tersenyum, membesarkan hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar