Rabu, 25 September 2013

catatan lama

waktu aku buka catatan lama ini, aku jadi senyum-senyum sendiri. begini toh aku dulu? lalu saat melihat aku yang sekarang, aku percaya bahwa segala sesuatu itu berubah. aku baru melihatnya pada diriku sendiri. dalam catatan yang aku tulis tiga tahun yang lalu. bersyukur pada Tuhan karena sepertinya lebih banyak perubahan positif pada diriku.
catatan ini, ditulis 27 Oktober 2010. sekarang, 25 September 2013.
"tak kan selamanya... tanganku mendekapmu. tak kan selamanya... raga ini menjagamu." lagu ini ku putar lewat MP3 handphone, dan liriknya juga berutar di otakku.
membuat teringat akan percakapan dengan mama siang tadi. "suatu saat kamu pasti sendiri. gak boleh bergantung dama orang lain. mama, papa, dan mbak-mbakmu itu, pasti akan pergi. kamu harus siap. harus mandiri." 
"aku juga gak mungkin hidup selamanya kok ma" jawabku enteng.
memang akulah orang yang paling tidak sempurna secara sikap dan sifat dirumah ini. mudah marah, pemalas, ceroboh, dan satu-satunya yang tidak bisa diandalkan. tentunya posisiku sebagai anak bungsu sangat berperan dalam hal ini.
tanpa mereka aku tidak bisa menjadi sempurna. ibarat kaki, aku ini pincang dan mereka adalah tongkatku. 
mandiri, mandiri, mandiri. itu saja menu makanan yang disajikan mama kepadaku. monoton. dan akan tetap sama sebelum aku menjadikan mandiri sebagai bagian diriku, seperti yang diinginkannya. heh.. mandiri! makhluk macam apa itu? bisakah datang sendiri, atau aku yang harus mencari?
"seperti alunan detak jantungku... tak bertahan melawan waktu." detak jantungmu dan detak jantungku sama. suatu saat pasti berhenti. jika kau bisa mati, maka aku juga. tapi sayangnya ini bukan tentang persamaan itu. ini tentang siapa yang akan pergi lebih dulu. begitu kan maksudmu, ma? ya, aku mengerti.
jadi kusimpulkan sendiri bahwa mandiri itu hal penting. juga hal sulit. juga hal rumit. untukku.
contohnya begini, pernahkah kalian terserang syndrom "I Hate Monday"? hal ini sering menimpaku saat hari itu tiba. masih berhubungan dengan ketidaksempurnaanku itu. selalu saja ada acara evakuasi korban tragedi kapal pecah yang terjadi di kamarku. pencarian korban berupa dasi, topi, kaos kaki, buku catatan dan hal-hal kecil namun fatal yang lainnya. dan tidak jarang upacara bendera setiap hari senin diawali dirumahku. mama mulai bernyanyi Indonesia Raya dengan nada dan lirik yang lebih meresap di hati. papa sebagai pembina upacaranya, yang memberikan nasihat serta kesan dan pesan. mbakku sebagai pembaca UUD 1945 dan mbakku yang satu lagi bertugas sebagai penggerek bendera putih ketidakberdayaanku.
sering juga aku berpikir untuk membuang jauh-jauh semua sifat negatif yang bersarang dalam diriku. namun rasanya seperti harus mencapai puncak himalaya saja. perjalanannya pastilah jauh dan melelahkan. tapi aku mau melakukannya. demi kamu dan untukk, ma.
karena jika kamu kecewa padaku, entah kenapa rasanya aku kesal pada diriku sendiri. jika kamu marah padaku, aku bukannya tak mendengarkanmu lalu pergi, tapi itu karena aku juga kecewa, aku juga marah sama sepertimu. bagaimana mungkin aku bisa menyakiti malaikatku? kenapa aku tidak bisa bersikap baik dan membahagiakanmu saja?
saat ini aku merasa sedang berjalan menuju puncak himalaya kehidupan. butuh waktu untuk sampai disana. tunggu saja aku di puncak, tersenyumlah dari atas sana sebagai penyemangatku.
aku: yang masih terengah-engah ingin mencapai puncak, ingin menjangkau tangan mama yang melambai-lambai disana, yang masih tersenyum melihatku dari atas. :)
 
 
 

Senin, 23 September 2013

orang2 yang ku sayang (2)

as promises... I'll write 'bout my another 'gift from God'
masi dalam keluarga. ya, semuanya berawal dari keluarga. pendidikan pertama, proses sosialisasi pertama, curahan kasih sayang dan cinta yang pertama, :)
apalagi big family like mine, :D
selain mama dan papa nih, aku punya dua kakak perempuan, yang ku panggil mbak.
ini waktu liburan di kebun binatang surabaya. (dari kiri) aku, papa, mama, mbak nana gendong Ririz, dan mbak eka


yang tertua, mbak eka, eka novia santi dan Dwi Yuniar Ratnawati, mbak nana, tapi kami punya panggilan jojoy. Ya, aku manggil dia jojoy, dia juga manggil aku jojoy. Dan please.. jangan ditanya apa artinya, karena sampai sekarang kami juga belum menemukan. Cuma ngerasa enak di lidah aja manggilnya. Dan, itu juga sebabnya ada beberapa temen yang ikutan manggil aku jojoy.
aku dan jojoy

Arti mbak-mbak ini buat aku, “they are my first friend and my second mother”. Dulu, waktu kecil emang sering banget main bareng mereka. meskipun sebagai adek terkecil aku harus sering jadi korban keisengan. Misalnya, selalu disuruh jaga pas main petak umpet, atau kalo ada perabotan yang rusak waktu main, mesti mbak-mbak ku bilang, “desi maaaaa” hahahaha.
 and talking about ‘my second mother’, yes, they do. Kalo dulu, mereka sering bikini makan, beres2 rumah, jemput aku sekolah atau les, gantiin beberapa peran mama dan papa pokoknya. Sekarang, as my second mother, gantiin peran orangtua kami, yang notabene udah tidak produktif lagi, biayain sekolah aku.
Yang ini aku catet sebagai, “maka dari itu desi harus jadi orang sukses. Biar bikin mereka bangga, dan bisa membalas bantuan mereka.”
Tapi ada gak sukanya, aku sering dianggep anak kecil. Hello, I am almost 20 years old, sist. Hehe…
They are my second mother, but they are the first fo her daughter and son. Yaa… mereka udah jadi ibuu… ini juga kebaikan mereka buat aku yang gak bakal terlupakan. Menghadiahkan 3 keponakan yang unyu. I call them “pasukan kecil”. Mbak eka punya dua anak, Ririz dan Arya. Dan jojoy punya satu ana, Deniz. And you know, aku iri banget sama mereka! mereka udah jadi ibu… dipanggil bunda, dipanggil mama.. hmm… suatu saat pokonya, aku juga bakal dipanggil ibu (keinginan di hati paling dalam) Haha.
ini bak eka dan ririz

jojoy dan deniz
they are great mother, right? like my mother... :)
Intinya, mereka berhasil menjalankan perannya sebagai kakak. Menjaga, menjadi contoh, mengajari, menasihati, menjadi inspirasi juga. J
I love you mbak… :*
(pengennya janji gak jadi adek yang manja lagi, tapi... masi seneng, jadi bermanja-manja dulu ah, hihihihi)

Senin, 16 September 2013

my poem, my hope


AKU JALAN SETAPAK


Aku jalan setapak
Hanya tanah
Tanpa pohon
Kerikil selalu ku tendang jauh-jauh
Karena takut menusuk kaki
Harusnya tumbuh rumput liar disini
Tapi tidak ku biarkan tumbuh
Tidak ku biarkan menjalar
Karena takut membelit tubuh
Aku tak berpagar
Sengaja
Karena takut menahan langkah
Jika angin datang, hanya debu yang terbawa
Jadilah aku hanya jalan setapak
Tempat kaki-kaki meninggalkan jejak
Yang selalu merasa berisik akan derap-derap langkah
Dan kesepian kala mereka telah sampai
Melewati setiap musim dengan kesadaran yang sama,
“aku bukan tempat tujuan, aku hanyalah jalan setapak”
Memohon dalam doa yang selalu sama,
“Tuhan, jadikan aku rumah untuk seseorang”


Rabu, 11 September 2013

orang2 yang ku sayang

aku selalu berjanji akan menulis ini. menulis tentang orang-orang yang ku sayang...
aku, seorang yang lahir dengan banyak kekurangan dan beberapa kelebihan ini, dalam perenungan paling dalam, selalu menemukan anugerah yang Allah ciptakan untukku. yang selalu membuatku merasa tak kurang satu apa pun dalam menjalani hidupku. :) meskipun aku tidak sempurana, begitupun orang-orang disekitarku, namun aku yakin mereka dan aku saling melengkapi.

nah, itu aku. udah sering ya di blog ini terposting foto2ku yang manis, hihi.
ngomongin tentang orang-orang yang ku sebut anugerah tadi, aku yakin aku bertemu mereka karena aku memang harus bertemu mereka. Allah yang telah menakdirkan.

anugerah paling utama dalam hidupku itu, ya orangtuaku. mama dan papa. sejoli yang diam-diam ku juluki 'para malaikat tanpa sayap'
papa, mama dan aku
ini sedikit catatanku tentang mereka, malaikat tanpa sayap yang ku sayang, :*
Malaikat tanpa sayap

aku baru sadar, aku punya malaikat. Yang ku panggil papa dan mama. Yang mencintaiku dengan sempurna. Yang tak marah ketika ku abaikan. Setia menunggu aku berkeluh. Selalu maklum saat aku mulai cuek karena keasyikanku. Dan pasti menerimaku dengan senyuman saat aku kembali.
Ya, betapa Tuhan sangat cinta kepadaku, mengirimkan kedua malaikat itu. Malaikat tak bersayap, namun mampu mengiringiku menggapai mimpiku yang tertinggi.
 Aku mencintai mereka. Tapi  mungkin saja aku mencintai mereka karena mereka  mencintaiku lebih besar.
Dulu, aku pikir cinta adalah kekasih atau suamiku kelak. Rasa sayang adalah untuk sahabat-sahabat yang menemani di sekolah. Semakin dewasa aku, semakin aku sadar bahwa derasnya cinta dan kasih sayang yang menghujaniku jatuh dari langit tempat sepasang malaikatku bersemayam.
Mereka memantauku tanpa lengah. Terus mengamati kegiatanku, tanpa mengusiknya, dan dengan senang hati memberikan yang ku butuh. Meski kadang mereka tak sanggup memenuhi keinginanku. Jika aku memahami keadaannya, mereka tersenyum lega namun diam-diam terus berusaha memenuhinya. Jika aku mulai marah, mereka tidak pernah membalas dengan amarah, justru mereka menyesali ketidak mampuannya. Sungguh, cinta sejati selalu berusaha membahagiakan cintanya.
Dan aku tahu pasti telah berkali-kali malaikatku memendam egonya demi memenuhi keinginanku.
Saat ini, aku sedang merasa disindir, oleh lagu yang kupilih sendiri dari playlist handponeku. “Malaikat Juga Tahu”, Dewi Lestari. Mungkin, jika mama dan papa mendengar lagu ini, mereka akan berkata, “lagu ini menggambarkan kami terhadapmu, nak.”
“lelahmu, jadi lelahku juga
Bahagiamu, bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia, hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski sering kali kau malah asyik sendiri

Karena tak kau lihat…
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang,
Tak rupawan.
Namun kasih ini silahkan kau adu
Malaikat juga tahu,
Siapa yang jadi juaranya…

Hampamu tak ‘kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku,
Yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri
Cintakulah yang sejati”
honestly, itulah yang ku pikirkan tentang mereka. hmmm.. I love you because Allah, ma, pa. :')

*anugerah yang lain, in another post yaa.. ;)*

Selasa, 10 September 2013

yes, no excuse!



Aku sedih melihat keraguan dimatanya saat aku bicara. tanpa kata-kata remeh saja mata yang tak berminat itu tlah ku tahu artinya, “kau tidak tahu apa-apa” . tolong jangan berbuat itu padaku, karena aku akan sulit untuk membangun percaya diriku lagi. Ya, aku biasa hidup dalam pandangan mata yang acuh terhadapku. Maka aku selalu tetunduk dan parahnya semakin dalam setiap hari.
Tolong simpan bahasa mata yang seperti itu saat ada aku. Karena ternyata aku ini rapuh. Sedetik saja tertangkap mata, maka bayangnya akan membekas sepanjang malam menuju tidur. Meskipun esok hari mugkin  aku sudah bisa memaafkan, tapi bayangan tatapan itu menahan langkahku untuk maju.


Aku bisa aku bisa aku bisa aku bisa aku bisa aku bisa. Jika mereka belum melihat, itu karena aku belum melakukannya. Aku belum melakukannya. Aku belum melakukannya. Aku belum melakukannya. Meski begitu, tidak akan ku biarkan seorang pun meremehkanku. Tidak ada yang boleh meremehkanku. Tidak ada yang boleh. Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada.

Saatnya tunjukkan taringmuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! mulailah marah karena aku terlalu banyak mengalah. Mengalah pada ketakutan, mengalah pada kemalasan, mengalah pada mereka yang berjalan melewatiku. Tidak ada yang boleh lagi!