Sabtu, 12 Oktober 2013

third poem

Untuk Sebuah Senyum dalam Kanvas

Kau adalah tungku terhangat dikala hujan
Tempatku meringkuk, dan memanjakan diri
Kau adalah lagu pengantar tidur
Menggiringku menuju alam mimpi yang indah
Kau adalah kanvas kosong
Aku selalu ingin melukis senyum disana
Karena mimpi yang kita rangkai bersama,
Telah tergantung di langit
Bahkan kita memandanginya sesaat sebelum tidur
Haruskah melawan angin dan gumpalan awan untuk sampai disana?
Kau mengagguk,
Meyakinkanku untuk berani melangkah
Meskipun itu  berarti menjauhkanku dari tungku terhangat.
Aku mulai mengerti rasanya kedinginan
menggigil tanpa tempat yang nyaman
ingin kembali, pulang ke pelukanmu
dan tidur lelap dalam kehangatan
samar lalu terang tergambar garis-garis anggun wajahmu
Wajah menenangkan yang tak pernah lupa ku bawa sebagai bekal perjalanan
Wajah mendamaikan  yang selalu ku andalkan dalam ketakutan
Dan senyuman yang ku ingat sebagai penyemangat saat aku ingin berhenti
Demi melihat kanvas berlukiskan senyum banggamu,

Akan ku teruskan perjalanan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar